Kyai Haji Agus Salim memberikan nasihat kepada kita yang hendak menjadi pemimpin
bahwa “Pemimpin adalah Menderita”. Pemimpin bukanlah raja di raja yang segala lini
kehidupannya disiapkan oleh orang lain khususnya rakyat. Pemimpin adalah pelayan
masyarakat yang hadir dengan sikap peduli terhadap kondisi yang ada.
Mengawali tulisan ini akan dipaparkan hasil survey terhadap warga Jakarta di Jurnal Sosio
Humaniora tentang Konsep Pemimpin Nasional yang Baik yang dirilis Oktober 2017 lalu.
Survey ini diambil kepada 443 orang dengan berbagai latar belakang keluarga dan
pendidikan yang berbeda-beda. Berikut hasilnya.
Berdasarkan pada hasil analisis terhadap jawaban responden, terlihat bahwa ketegasan
berada pada posisi paling tinggi sebagai salah satu ciri pemimpin yang baik yaitu sebesar
24,07%. Untuk kategori selanjutnya, seorang pemimpin yang baik haruslah peduli dengan
nilai persentase sebesar 19,44%. Kategori ketiga didalam kriteria seorang pemimpin yang
baik adalah amanah dengan persentase sebesar 16,20%. Kategori keempat digambarkan
dengan pribadi yang jujur untuk bisa dikatakan sebagai pemimpin yang baik dengan
persentase sebesar 12,50%. Untuk kategori kelima didalam kriteria pemimpin yang baik
adalah bijaksana dengan persentase sebesar 7,64%. Kategori keenam berkaitan dengan
pribadi yang memiliki standar moral yang tinggi engan persentase sebesar 6,25%. Kategori
ketujuh berupa individu yang dapat dijadikan panutan dengan persentase sebesar 5,56%.
Kategori kedelapan untuk seorang pemimpin yang baik adalah memiliki kecerdasan dengan
persentase sebesar 2,31%. Untuk kategori terakhir untuk menjadi pemimpin yang baik
terkait dengan integritas dengan persentase sebesar 1,62%. Dua kategori yang tidak terkait
dengan gambaran pemimpin yang baik adalah others (jawaban responden tidak esuai
dengan pertanyaan dan tidak menjawab pertanyaan) sebesar 4,40%.
Menarik untuk dicermati mengenai hasil survey di atas. Ternyata hasilnya menunjukkan
pemimpin dengan ketegasan menjadi pilihan awal masyarakat. Melihat kondisi Jakarta yang
memang harus dengan tegas dalam menegakkan peraturan. Namun tak kalah menarik yaitu
pilihan karakter pemimpin kedua adalah kepedulian. Hal ini menjunjukkan bahwa
masyarakat sudah bosan dengan pemimpin yang hanya ingin dipedulikan oleh rakyatnya.
Masyarakat menginginkan kehadiran sosok pemimpin yang peduli terhadap masa depan
yang dipimpinnya. Seakan-akan pemimpin itu hadir sebagai pelayan masyarakat yang dekat
dengan rakyat.
Sedikit mengambil contoh dari dua pemimpin yaitu yang pertama adalah sosok Lee Myung
Bak di Korea Selatan. Sebelum menjadi presideen di periode (2008-2013) Lee Myung Bak
pada tahun (2002-2006) memimpin kota Seoul. Sikap kepeduliannya diliat dari
keberhasilannya dalam menghijaukan Seoul, menciptakan taman publik di tengah-tengah
Kota Seoul menjadikan Lee dinobatkan sebagai Hero of the Environment oleh majalah Time
tahun 2007. Proyek fenomenalnya ini dikenal dengan nama proyek restorasi
Cheonggycheon. Lee meruntuhkan jalan laying yang berdiri di atasnya dan mengembalikkan
fungsinya sebagai sungai dan taman kota yang menjadi sejarah, budaya, sekaligus tempat
rekreasi di tengah-tengah Kota Seoul.
Lain hal dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Sebelum menjadi presiden Turki,
Erdogan menjabat sebagai Walikota Istanbul dan mengubah wajah kota Istanbul yang suram
menjadi metropolitan. Hutang milyaran dollar dia sulap menjadi investasi senilai 12 milyar
dollar. Terobosan lainnya adalah sikap kepedulian terhadap kepentingan masyarakat yakni
keberhasilan pengadaan air bersih untuk penduduk kota, pengurangan polusi dengan aksi
penanaman ribuan pohon di jala-jalan kota, perang terhadap praktik prostitusi liar dengan
memberikan pekerjaan yang lebih terhormat kepada wanita muda, dan pelarangan
minuman keras di tempat yang dibawah kontrol pemerintah.
Melihat paparan di atas, telah menunjukkan dengan jelas pemimpin yang menghadirkan
sikap kepeduliannya terhadap masyarakat akan menjadi sosok pemimpin yang dicintai
rakyatnya. Tidak terkecuali kepemimpinan dalam teritori lebih kecil yaitu kampus. Hal ini
harus menjadi catatan kepada calon pemimpin yang nantinya akan menjabat Ketua dan
Wakil Ketua BEM UNJ mendatang. Kampus yang terlahir pada tanggal 16 Mei 1964 ini
memiliki segudang permasalahan yang tak jauh dengan kondisi wilayah atau pun negara.
Dengan tujuh fakultas yang ada menjadikan pikiran langkah kedepan harus bisa merangkul
semua aspek dari keberagaman di masing-masing fakultas.
Universitas Negeri Jakarta yang dikenal dengan kepedulian terkait pendidikan non
formalnya, menjadi PR besar hingga kini terkait konsistensi dan pengembangan kuantitas
maupun kualitas programnya. Terhitung dari tahun 2009 ketika Ali Sibro menjabat sebagai
ketua BEM UNJ sampai kini Miqdad menjadi Ketua BEM UNJ 2017 ternyata masih memiliki
PR besar dalam masalah kepedulian UNJ dalam ranah pendidikan non formal. Menurut
kalian apa yang menjadi penyebabnya? Hal ini menjadi satu dari banyak masalah kepedulian
UNJ kepada masayarakat di bidang pelayanan pendidikan.
Bagi kalian calon ketua dan wakil ketua BEM UNJ periode 2018-2019. Pikirkan bagaimana
UNJ kembali mengisi relung kepedulian pendidikan di masyarakat. Ingatkan kembali kepada
3 fungsi mahasiswa yaitu Agent of Change, Iron Stock, dan Social Control.
Kemudian sama-sama kita ketahui bahwa Ketua Bappeda DKI Jakarta akan tetap
mengalokasikan 20% untuk pendidikan sesuai dengan undang-undang. Hal ini menjadi
tantangan bagi BEM UNJ dengan nahkoda barunya untuk bersinergi dengan pemerintah
daerah terkait pendidikan. Jadilah bagian dari golongan yang peduli kepada masayarakat.
Pemuda adalah ujung tonggak dalam perubahan. Siapkan ide dan gagasan yang terbaik guna
bermanfaat dan tanamkan pada visi misi bahwasannya prestasi kami tatkala hadir
senyuman puas bahagia masyarakat. Langkah awal yang baik adalah merencakan dari dini
dan kuatkan sampai berapa tahun mendatang. Jangan sampai rencana ini hilang bahkan
tergantikan oleh rencana lain yang tak bermakna. Dibutuhkan jaringan relasi yang luas serta
komitmen antara pengurus kelas. Walaupun selalu ada penghianat hidayah perjuangan,
maka hal itu wajar agar kita tahu siapa saja yang akan menjadi legenda perjuangan UNJ.
No comments:
Post a Comment