![]() |
jangan fokus ke sini |
Masih teringat saat semester 3 di
kampus, Kuis pertama dalam masa kampus di mata kuliah Fisika Dasar. Sudah pasti
dalam benak semua mahasiswa adalah mendapatkan hasil maksimal di kuis pertama
itu. Persiapan sudah dilakukan dan belajar pun lebih giat. Namun sampai
akhirnya saat dimana pengumunan nilai disampaikan. Pemberitahuan nilai ditulis
dengan menggunakan no.registrasi mahasiswa (mungkin maksudnya untuk menjaga
nama mahasiswa yang nilainya jelek). Mencari dari bagian atas sampai ke bawah,
baru terlihat no.registrasi saya paling bawah. Dan nilainya sungguh
mengagetkan. Yaa saya dapat nilai 5 dari maksimal nilai adalah 100. Membaca
hasil itu serasa ga percaya dengan semua usaha belajar ternyata hasilnya kurang
memuaskan bahkan jauh sekali dari kata puas.
Di hari itu dalam pikiran hanya ada
satu “Kayanya saya ada salah atau hutang sama orang”. Makanya setelah itu saya
banyak komunikasi dengan orang-orang sekalian menanyakan jika ada janji yang
belum terbayarkan.
Waktu berjalan sampai pada momen Kuis
Kedua Fisika Dasar. Qadarullah ada sebuah peraturan dari dosen yang menjadikan
sistem kuis berikutnya adalah berpasangan dengan komposisi nilai tertinggi
dipasangkan dengan nilai terendah. Sistem ada plus minus bagi saya, karena Alhamdulillah
di kuis kedua saya dan pasangan ini dapet nilai 100. Tapi banyak anggapan
muncul kalau saya Cuma mengandalkan temen saya yang pinter dimana kebetulan
juga kalau temen saya adalah kakak senior yang ambil matakuliah ini lagi untuk
memperbaiki nilainya jadi A. Secara pengerjaan memang saya dan temen ini kerja
sama tidak hanya mengandalkan satu orang saja. Sampai akhirnya datang masa
ujian tengah semester dan akhir semester yang dilakukan dengan sistem per
orang.
Doa, Ikhtiyar, Tawakal
Ini adalah 3 kata saat itu dan sampai
kini masih dipegang. Dengan saya mengerjakan soal demi soal. Karena emang saya
tipe orang santai, jadi saat ujian pun ga ada muka bingung (padahal otak lagi
remang-remang,hehe). Karena saya berpendapat Setengah dari solusi adalah
ketenangan dan setengahnya lagi adalah tindakan yang tepat.
Diawal perkuliahan saya menargetkan
nilai Fisika Dasar adalah nilai C. Kemudian saat akan diumumkan oleh dosennya
saya mencoba bertanya langsung dan ingin melihat langsung nilai yang masih
ditangan dosen. Respon dari dosen pun positif yang saya diizinkan untuk menjadi
mahasiswa pertama di kelas yang melihat nilai asli sebelum diumumkan. Setelah
sampai dan saya diperlihatkan nilai-nilai temen sekelas, dengan mata
berkomodasi maksimal dan hati berdetak tak karuan. Tertampang nama Fajar Tri
Nugroho dengan nilai akhir B.
Alhamdulillah, lega rasanya. Seperti
anak yang bisa menebak teka teki kartun Blues Clues. Hehe (keliatan jaman 90 an
nya).
Bagi saya nilai B adalah hadiah
terindah disaat mata kuliah lain masih menyembunyikan nilainya. Layaknya oase
dipertengahan gurun pasir. Hanya ucapan syukur tak terbilang terus mengalir di
lisan ini. Semoga Allah memberkahi nilai tersebut. Aamiin
Dari awal perjuangan saya sempet juga
berfikir kalau Allah ada sesuatu dengan saya. Tapi mencoba membuang itu semua
dan kembali meng-ishlah-kan diri sekaligus terus maksimal dalam amanah kampus
yang sedang diemban.
No comments:
Post a Comment