Tidak semua orang punya kepantasan untuk mengajarkan
sesuatu. Tapi kita selalu bisa belajar sesuatu; dari yang paling tak layak
sekalipun
( Salim A. Fillah )
Hidup
mengajari kita untuk bisa bermanfaat terhadap apa yang sudah kita dapatkan.
Bersyukur
akan menjadikan hidup kita menjadi selalu baru.
Tawakal akan selalu bisa
menjadikan hati ini tentram dalam setiap menerima hasilnya.
Dan mengambil hikmah
dari setiap jengkal kehidupan akan menjadikan hidup ini selalu terbarukan dengan
makna-makna kebesaran Sang Maha Pencipta
Tulisan
ini akan membahas kehidupan mahluk yang berpenampilan kecil dan terkadang
dihiraukan keberadaannya. Namun, banyak sekali hikmah kehidupan yang bisa kita
ambil bahkan tiru dalam menjalani kehidupan kita sebagai manusia. Ia adalah semut.
Harun
Yahya menyatakan bahwa semut merupakan salah satu kelompok yang paling “sosial”
dalam genus serangga dan hidup sebagai masyarakat yang disebut “koloni”, yang “terorganisasi”
luar biasa baik. Tatanan organisasi mereka bagitu maju sehingga dapat dikatakan
dalam segi ini mereka memilki per-adaban yang mirip dengan peradaban manusia
Semut
adalah hewan kecil yang selalu dihubungkan dengan rasa manis. Ada pepatah yang
menyebutkan “ada gula ada semut”. Maka hal inipun sudah bisa menjadi nilai
hikmah yang bisa kita tiru bahwa semut selalu berada dekat dengan sesuatu yang
manis, dan sesuatu yang manis bisa kita artikan kehidupan yang baik, kehidupan
yang banyak disukai oleh orang-orang. Ini baru satu hal, selanjutnya akan ada 4
poin dari sifat semut yang bisa menjadi refleksi diri ini.
Peduli
Semut
memiliki sifat kental yang peduli dengan sesamanya. Tatkala satu semut
menemukan suatu hal yang bisa membahayakan semut lain. Maka dia akan
memberitahukan kepada semut-semut lain untuk tidak mendekatinya.
Hal
ini sudah kurang terlihat dikehidupan manusia. Apakah ketika ada sesuatu hal
yang dapat membahayakan orang lain kita langsung memberitahukan kepada orang
lain? Ini menjadi refleksi diri kita terkait rasa kepedulian kita yang masih
kurang terhadap sesama. Kita masih menganggap orang lain adalah musuh kita
dimana musuh harus dikalahkan. Kita selalu menginginkan sesuatu yang kurang
baik terjadi pada orang lain, bahkan ketika orang lain itu sudah terkena
bahayanya kita hanya terdiam namun kurang tindakan.
Menghargai
Pernahkan
kita melihat sekelompok semut yang sedang berpindah tempat (sarang) ? Jika kita
lihat dengan seksama, maka tidak ada satu semut pun yang akan mendahului semut
didepannya. Mereka akan selalu tertib dalam barisan yang teratur.
Sekarang
pernahkan kita melihat sekelompok manusia yang sedang mengantri sesuatu? Apakah
sama halnya dengan antrian semut ? Hal ini juga menjadi pelajaran kepada kita
bahwa kita bukanlah hidup di dunia seorang diri atau hidup di dunia yang
Andalah seseorang yang harus dihargai diantara yang lain. “hargailah lingkunganmu, maka kau akan
dihargai oleh lingkunganmu” ini adalah logika timbal balik yang akan selalu
terjadi. Jangan pernah mengharapkan diri ini untuk dihargai, tapi kitalah yang
mencoba untuk menghargai sekitarmu. Karena Tuhan tidak akan salah menempatkan
pahala seseorang.
Kebersamaan
Semut
memiliki sifat kebersamaan yang sangat erat. Tatkala sekelompok semut menemukan
sumber makanan, mereka secara bersamaan akan mengangkutnya ke sarang mereka
terlebih dahulu. Ketika semua sumber makanan sudah di dalam sarang, maka mereka
akan memakannya bersama-sama. Tidak ada satu semutpun yang memakan makanannya
sendirian. Mereka selalu makan bersama-sama.
“yang
kuat kan bertahan, yang lemah kan mati” inilah hukum rimba yang sudah mulai
terlihat dikehidupan manusia. Sifat individualisme sangat erat keberadaan. Jiwa
sosial yang sempat terbangun ketika mempelajari mata pelajaran kewarganegaraanpun
sudah mulai terkikis. Jarang sekali manusia yang memiliki sifat kebersamaan
yang kental. Hatinya mungkin sudah menjadi beku dan tak mau lagi mencair untuk
merasakan kebersamaan. Ini akan menjadikan dunia ini semakin mengerikan tatkala
dinding pembatas antara yang kaya dan miskin sudah berdiri kokoh.
Tegur Sapa
Pernahkan
memperhatikan semut-semut yang sedang berjalan-jalan di lantai? Jika
diperhatikan, mereka akan selalu berpapasan dengan yang lainnya. Padahal tidak
ada jalur yang menjadikan mereka harus berpapasan.
Poin
ini mengingatkan kita kepada pentingnya mengetahui keadaan saudara kita. Kita hari
ini sudah sibuk dengan kepentingan diri sendiri. Tidak ada lagi waktu untuk
sekedar tegur sapa sesama saudara. Maka jangan heran ketika negeri ini dalam
kondisi terpuruk, hanya segelintir orang yang akan bergerak karena kesibukan
mereka yang sudah sangat padat. Atau bahasa lainnya, dipikiran mereka sudah
tidak penting lagi keadaan seseorang. Mereka hanya akan tegur sapa ketika
mereka butuh saja. Dan poin ini juga yang banyak menjadikan pemimpin dunia tak
disukai warganya.
Mungkin
masih banyak sifat-sifat dari semut yang bisa kita ambil sebagai hikmahnya. Tulisan
ini bukanlah memarjinalkan kita sebagai manusia, namun sebagai muhasabah diri
ini. Dan bisa menjadi teladan disetiap waktu dan menjadi hamba yang bersyukur
dengan kenikmatan yang sudah diberikan oleh Sang Maha Kaya.
No comments:
Post a Comment