Saturday, May 26, 2012

Belajar dari Semut ,..


Tidak semua orang punya kepantasan untuk mengajarkan sesuatu. Tapi kita selalu bisa belajar sesuatu; dari yang paling tak layak sekalipun
( Salim A. Fillah )

Hidup mengajari kita untuk bisa bermanfaat terhadap apa yang sudah kita dapatkan. 
Bersyukur akan menjadikan hidup kita menjadi selalu baru. 
Tawakal akan selalu bisa menjadikan hati ini tentram dalam setiap menerima hasilnya. 
Dan mengambil hikmah dari setiap jengkal kehidupan akan menjadikan hidup ini selalu terbarukan dengan makna-makna kebesaran Sang Maha Pencipta

Tulisan ini akan membahas kehidupan mahluk yang berpenampilan kecil dan terkadang dihiraukan keberadaannya. Namun, banyak sekali hikmah kehidupan yang bisa kita ambil bahkan tiru dalam menjalani kehidupan kita sebagai manusia. Ia adalah semut.

Harun Yahya menyatakan bahwa semut merupakan salah satu kelompok yang paling “sosial” dalam genus serangga dan hidup sebagai masyarakat yang disebut “koloni”, yang “terorganisasi” luar biasa baik. Tatanan organisasi mereka bagitu maju sehingga dapat dikatakan dalam segi ini mereka memilki per-adaban yang mirip dengan peradaban manusia

Semut adalah hewan kecil yang selalu dihubungkan dengan rasa manis. Ada pepatah yang menyebutkan “ada gula ada semut”. Maka hal inipun sudah bisa menjadi nilai hikmah yang bisa kita tiru bahwa semut selalu berada dekat dengan sesuatu yang manis, dan sesuatu yang manis bisa kita artikan kehidupan yang baik, kehidupan yang banyak disukai oleh orang-orang. Ini baru satu hal, selanjutnya akan ada 4 poin dari sifat semut yang bisa menjadi refleksi diri ini.
  
Peduli
Semut memiliki sifat kental yang peduli dengan sesamanya. Tatkala satu semut menemukan suatu hal yang bisa membahayakan semut lain. Maka dia akan memberitahukan kepada semut-semut lain untuk tidak mendekatinya.
Hal ini sudah kurang terlihat dikehidupan manusia. Apakah ketika ada sesuatu hal yang dapat membahayakan orang lain kita langsung memberitahukan kepada orang lain? Ini menjadi refleksi diri kita terkait rasa kepedulian kita yang masih kurang terhadap sesama. Kita masih menganggap orang lain adalah musuh kita dimana musuh harus dikalahkan. Kita selalu menginginkan sesuatu yang kurang baik terjadi pada orang lain, bahkan ketika orang lain itu sudah terkena bahayanya kita hanya terdiam namun kurang tindakan.

Menghargai 
Pernahkan kita melihat sekelompok semut yang sedang berpindah tempat (sarang) ? Jika kita lihat dengan seksama, maka tidak ada satu semut pun yang akan mendahului semut didepannya. Mereka akan selalu tertib dalam barisan yang teratur.
Sekarang pernahkan kita melihat sekelompok manusia yang sedang mengantri sesuatu? Apakah sama halnya dengan antrian semut ? Hal ini juga menjadi pelajaran kepada kita bahwa kita bukanlah hidup di dunia seorang diri atau hidup di dunia yang Andalah seseorang yang harus dihargai diantara yang lain.  “hargailah lingkunganmu, maka kau akan dihargai oleh lingkunganmu” ini adalah logika timbal balik yang akan selalu terjadi. Jangan pernah mengharapkan diri ini untuk dihargai, tapi kitalah yang mencoba untuk menghargai sekitarmu. Karena Tuhan tidak akan salah menempatkan pahala seseorang.

Kebersamaan 
Semut memiliki sifat kebersamaan yang sangat erat. Tatkala sekelompok semut menemukan sumber makanan, mereka secara bersamaan akan mengangkutnya ke sarang mereka terlebih dahulu. Ketika semua sumber makanan sudah di dalam sarang, maka mereka akan memakannya bersama-sama. Tidak ada satu semutpun yang memakan makanannya sendirian. Mereka selalu makan bersama-sama.
yang kuat kan bertahan, yang lemah kan mati” inilah hukum rimba yang sudah mulai terlihat dikehidupan manusia. Sifat individualisme sangat erat keberadaan. Jiwa sosial yang sempat terbangun ketika mempelajari mata pelajaran kewarganegaraanpun sudah mulai terkikis. Jarang sekali manusia yang memiliki sifat kebersamaan yang kental. Hatinya mungkin sudah menjadi beku dan tak mau lagi mencair untuk merasakan kebersamaan. Ini akan menjadikan dunia ini semakin mengerikan tatkala dinding pembatas antara yang kaya dan miskin sudah berdiri kokoh.

Tegur Sapa 
Pernahkan memperhatikan semut-semut yang sedang berjalan-jalan di lantai? Jika diperhatikan, mereka akan selalu berpapasan dengan yang lainnya. Padahal tidak ada jalur yang menjadikan mereka harus berpapasan.
Poin ini mengingatkan kita kepada pentingnya mengetahui keadaan saudara kita. Kita hari ini sudah sibuk dengan kepentingan diri sendiri. Tidak ada lagi waktu untuk sekedar tegur sapa sesama saudara. Maka jangan heran ketika negeri ini dalam kondisi terpuruk, hanya segelintir orang yang akan bergerak karena kesibukan mereka yang sudah sangat padat. Atau bahasa lainnya, dipikiran mereka sudah tidak penting lagi keadaan seseorang. Mereka hanya akan tegur sapa ketika mereka butuh saja. Dan poin ini juga yang banyak menjadikan pemimpin dunia tak disukai warganya.

Mungkin masih banyak sifat-sifat dari semut yang bisa kita ambil sebagai hikmahnya. Tulisan ini bukanlah memarjinalkan kita sebagai manusia, namun sebagai muhasabah diri ini. Dan bisa menjadi teladan disetiap waktu dan menjadi hamba yang bersyukur dengan kenikmatan yang sudah diberikan oleh Sang Maha Kaya.

No comments:

Post a Comment