Allah Subhanahu Wa Ta’ala hanya akan
memberikan apa yang kita butuhkan,
bukan apa yang kita inginkan
Kalimat di atas mungkin pernah
terdengar di telinga kita. Bahkan mungkin sering kita dengar, tapi apakah semua
sudah merasakan indahnya rahasia Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Izinkan diri ini
untuk menceritakan kisah nyata yang saya lamai sendiri, semoga cerita ini tidak
menghilangkan makna sesungguhnya dan tidak menjadi bahan debat. Karena ini
adalah kisah yang sudah Allah Subhanahu Wa Ta’ala tuliskan dalam buku
rahasianya.
Kisah ini terjadi disebuah kampus
yang rahasia perjuangannya menawan. Saat itu aku baru menikmati indahnya
semester awal di kampus. Aku mahasiswa jurusan Fisika, FMIPA UNJ. Singkat
cerita pada awal semester ku, aku mendapat mata kuliah Fisika Dasar 1 yang
sekarang menjadi Fisika Dasar Umum. Aku diajar oleh dosen wanita yang energik
dan biasa dipanggil dengan Bu Nelda. Selama belajar dengan beliau aku tidak
mendapatkan kesulitan untuk menangkap pelajarannya.
Alkisah tibalah waktu quiz
pertama ku, quiz mata kuliah fisika dasar 1. Dengan sudah belajar pada malam
harinya, aku merasa sudah siap untuk bertempur dengan berbagai jenis soal yang
garang. Kondisi kelas saat itu hening bercampur tegang. Aku duduk di barisan
ke-2 dari depan sebelah kanan. Bu Nelda pun masuk dan melihat kondisi kelas
lalu membagikan soal yang sudah menjadi impian anak-anak kelas untuk
mengetahuinya. Ketika melihat soalnya, perasaan kelas yang tadinya mendung
hendak hujan berubah menjadi cerah berawan. Kondisi kelas yang hening dengan
sedikit terdengar omongan antara mahasiswa satu dengan mahasiswa lainnya dalam
ujian itu. Kemudian muncul sedikit demi sedikit senyuman dari raut wajah yang
belum aku kenal semua itu. Aku pun merasa bisa mengerjakannya. Kalau tidak
salah ada 6 soal dan semuanya aku jawab. Tapi ada beberapa soal yang aku jawab
dengan kepasrahan antara benar atau tidak. Bahkan soal nomer satu aku jawab dengan
sedikit retorika (lupa caranya, tapi tau jawabannya). Selesai dari situ, yang
tadinya cerah berawan
berubah mencadi cerah dengan senyuman di matahari (ingat gambar pemandangan sewaktu TK).
berubah mencadi cerah dengan senyuman di matahari (ingat gambar pemandangan sewaktu TK).
Beberapa hari kemudian terdengar
kabar bahwa nilai quiz Fisdas1 sudah keluar, dengan penuh semangat aku pun
langsung menuju ruang dosen fisika di lantai dua. Ketika aku masuk, dekat pintu
masuk Bu Nelda sedang duduk dan akan menempel hasilnya. Lalu karena aku pertama
yang datang aku meminta izin untuk melihat hasilnya. Maka diperlihatkanlah
hasilnya, secarik kertas yang berisikan no.reg mahasiswa berserta nilainya. Aku
mencari no. reg mahasiswa ku dari atas aku telusuri sampai akhirnya aku
menemukan no.reg ku. Dan aku tercengang melihat nilai, yaitu 5. Dimana nilai
tertingginya adalah 100. Bagai terkena sambaran petir diwaktu dhuha. Aku terkejut
dengan hasilnya. Teman-teman kelas ku terlihat banyak yang puas dengan hasil. Ketika
aku ditanya berapa nilai ujiannya? Aku hanya bisa memberitahu no.reg ku dan
mereka yang mencari sendiri. Itulah kekecewaan di quiz pertama ku.
Setelah itu, dengan perasaan yang
masih tak percaya aku agak ragu dengan keberadaanku di kampus ini. Apakah aku
dapat bertahan di satu-satu nya kampus negeri di Jakarta ini? Aku mulai
evaluasi diri, entah mengapa yang terbayangkan saat itu adalah ada yang salah
dengan diri ku saat itu. Mungkin ada beberapa hak orang lain yang belum aku
beri atau ada beberapa orang yang merasa terdzolimi oleh ku. Bahkan aku pernah
mengadu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala apa salahku. Dengan masih merasa ragu
aku jalani kegelisahan ini sampai akhirnya berjumpa dengan quiz Fisdas
berikutnya.
Suatu hari, setelah Bu Nelda
selesai memberikan materi beliau memberirtahu bahwa besok akan ada quiz ke-2
Fisdas. Aku pun tambah merasa malu dan sudah merasa kalah sebelum bertanding.
Namun Bu Nelda menambahkan bahwa untuk quiz besok akan diberlakukan sistem baru
yaitu sistem berpasangan karena hasil yang kemaren tidak mencapai target
beliau. Dijabarkan bahwa sistem itu akan memasangkan mahasiswa dengan nilai
paling rendah dan paling tinggi. Mendengar hal itu aku merasa sedikit bangkit
walaupun tetap merasa malu. Karena aku lah mahasiswa dengan nilai paling
rendah. Tapi saat ini malu bukanlah hal yang esensial.
Tibalah waktu quiz ke-2 Fisdas.
Bu Nelda membacakan nama-nama mahasiswa yang berpasangan. Saat itu aku
dipasangkan dengan kakak tingkat yang ikut kuliah bersama kami. Nama Ka Hendi, fisika
angkatan 2005. Dengan sedikit merasa malu dan bahagia aku berkenalan dengan
beliau dan kami pun langsung akrab karena kesamaan karakter (baca : humoris). Aku
melihat teman-teman ku disekitar ada yang merasa kecewa dengan pasangannya ada
pula yang sama seperti ku. Lalu tak sedikit yang aku dengar dari mereka karena
iri dengan ku. Tapi ini adalah keputusan dosen ku. Setelah soal dibagikan kami
pun langsung mengerjakannya bersama walaupun saat itu aku bertugas menulis
jawabannya dan Ka Hendi yang lebih banyak mengerjakan dengan sekalian
menjelaskan jawabannya kepada ku. Baru kali ini, aku merasa quiz yang
menyenangkan karena saat itu sama halnya ketika berlajar bersama. Singkat cerita
dikumpulkanlah lembar jawaban kami. Dan pertemuan berikutnya, Bu Nelda
membagikan hasil quiz ke-2. Dan hasilnya sangat mencenangkan. Aku dan Ka Hendi
mendapatkan nilai sempurna 100. Senang bercampur malu karena ada sedikit
omongan terkait yang aku dapat bukan 100% hasil kerja ku, namun kebanyakan dikerjakan
oleh kakak tingkat ku. Namun tetap dengan pendirian ku, malu bukanlah hal yang
esensial saat itu aku tetap gembira dengan hasilnya dan di quiz berikutnya aku
harus membuktikan bahwa aku dapat mendapatkan hasil yang sama tanpa
berpasangan. Beberapa quiz kedepan, dosenku masih menggunakan sistem yang sama
dan pasangan mahasiswa yang sama. Hasilnya pun tak jauh beda dengan quiz-quiz
sebelumnya. Aku tak bisa menebak jika ternyata di awal quiz ku aku diberikan
sesuatu yang kurang pas dengan hatiku, namun aku lebih tidak bisa menebak lagi
dengan apa yang sudah aku dapatkan tatkala hasil quiz ku sangat jelek. Dari situlah
aku mulai menyadari bahwa ini adalah jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tak
disangka kedatangan-Nya. Dan aku hanya bisa bersyukur saat itu.
Suatu hari diakhir pelajaran
Fisdas aku mendatangi dosen ku dan dengan perasaan takut aku menanyakan. “Bu,
menurut ibu saya masih bisa dapat nilai bagus ga?” sambil membuka file di
laptopnya dosen ku berkata “hmm,.masih bisa kok. Karena kamu termasuk aktif di
kelas dan hasil quiz-quiz kemaren sangat membantu kamu”. Mendengar hal itu aku
merasa sangat lega, maklumlah aku masih terbayangkan nilai 5 pada quiz pertama
yang mebuat aku merasa putus asa.
Singkat cerita tibalah saat
pembuktian yaitu UTS dan UAS. Dengan tidak lagi menggunakan sistem berpasangan,
aku berusaha untuk membuktikan bahwa aku dapat berdikari. Sama seperti kondisi
ketika ujian yang lain, sedikit terdengar bisikan-bisikan temanku dibelakang. Namun
aku tak menghiraukan. Bahkan aku tetap menjaga sikap tenangku saat itu, dan ada
seorang teman sebelah ku berkata “Jar, lo santai banget sih.uda semua ya?” Aku
hanya memberikan senyuman dengan hati cemas karena belum semua soal aku jawab. Lambat
laun soal demi soal mulai aku bantai dengan goresan pena ku. Sampai tak terasa
kertas jawaban ku penuh dengan hasil coret-coretan rapi ku.
Kemudian sudah menjadi
kebiasaanku, H-1 pemasukan nilai oleh dosen. Aku mengirimkan SMS yang isi kalo
tidak salah “Assalamua’alaikum,.maaf mengganggu waktunya Bu, saya fajar
mahasiswa pend.fisika reg 09. boleh saya tau nilai fisdas saya dan teman-teman
kelas saya?”. Menunggu beberapa menit, HP ku bergetar menyambut SMS yang masuk
dan aku buka ternyata balasan dari dosen ku “wa’alaikumsalam, iya boleh. besok
ketemu dengan Ibu di jurusan”. Dengan perasaan was-was aku pun hanya bisa berdoa
semoga hasilnya sesuai dengan ikhtiyarku selama ini. Karena saat itu aku
berfikir mendapatkan nilai C saja sudah bersyukur.
Keesokan harinya, bertepatan
dengan Sidang Umum (SU) BEMJ Fisika ‘10-‘11 aku datang ke kampus. Ketika sedang
asik mengikuti perjalanan SU BEMJ, HP ku bergetar dan ternyata SMS dari Bu Nelda,
beliau meminta ku untuk datang ke jurusan. Sesampainya di sana aku melihat
beliau sedang duduk berhadapan dengan laptop besarnya. Raut mukanya sedikit
resah sambil sesekali mengetik keyboard laptop. Lalu ketika aku lihat, ternyata
beliau sedang memasukkan nilai Fisdas 1 kelas ku. Dengan sedikit adrenalin yang
terpacu, aku meminta izin untuk melihat dan memberanikan diri untuk melihat nama
ku di file itu. Aku pun menemukan nama ku dan aku telusuri dari kiri sampai
kanan. Terpampang nilai ku selama satu semester kemarin, nilai yang bervariasi
dan ketika aku melihat hasil akhirnya. Aku tercengang tak percaya, nilai fisdas
ku “B”. Aku sempat menanyakan tentang nilai ku, “Apakah ini benar nilai saya Bu?”
Dan beliau menjawab “Iya” Sungguh sebuah jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
tak tertebak oleh ku. Goresan pena Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang membuat ku
semakin cinta akan agama kebenaran ini. Bahkan aku diberi kepercayaan untuk
menyimpan data nilai fisdas itu, Bu Nelda meminta alamat email ku dan akan
mengirimkannya. Dan pada saat itu posisi ku bukan sebagai PJ mata kuliah atau pun
ketua kelas. Dan dari situ lah, rasa hormat ku kepada beliau tetap terjaga
sampai saat ini.
Inilah kisah ku tentang hikmah
dibalik sebuah kenyataan. Sebuah kenyataan yang terlihat sangat pahit diawal. Sebuah
kenyataan yang mungkin bisa membuat kita tak percaya akan adanya Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Sebuah kenyataan yang bisa membuat kita berpaling dari
agama yang diridhoi ini. Mungkin banyak dari kalian yang sudah pula merasakan
kenikmatan keputusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang diberikan kepada kita. Bahkan
banyak cerita yang mungkin lebih menghebohkan lagi dari cerita ku barusan. Tapi
ini jelas membuktikan bahwa, jika kalian sudah letih dengan tangan kalian
kalian. Maka biarkan tanga Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menyelesaikannya.
Ataupu sebuah kelimat bijak yang sering kita dengarkan. Jika kau merasa kecewa
karena kau tidak mendapatkan apa yang kau inginkan. Maka duduk manislah dan bersabar karena Allah Subhanahu
Wa Ta’ala sudah menyiapkan sesuatu hal yang lebih baik dari pada sebelumnya
untuk mu.
Tulislah apa yang kau harapkan
tapi biarkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang memegang penghapusnya. Biarkan Dia
Yang Maha Mengetahui untuk menghapus harapan yang mungkin tidak sesuai dengan
diri mu. Yakinlah bahwa Allah hanya akan memberikan apa yang kita butuhkan
bukan apa yang kita inginkan. Karen bisa jadi yang inginkan tidak baik untuk
kita. Dan yakinkan pula bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala lebih mengetahui apa
yang terbaik untuk kita.
Semoga bermanfaat,..
No comments:
Post a Comment