Tuesday, August 14, 2012

Kisah Pribadi "Hikmah nilai quiz paling Rendah"


Allah Subhanahu Wa Ta’ala hanya akan memberikan apa yang kita butuhkan,
bukan apa yang kita inginkan

Kalimat di atas mungkin pernah terdengar di telinga kita. Bahkan mungkin sering kita dengar, tapi apakah semua sudah merasakan indahnya rahasia Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Izinkan diri ini untuk menceritakan kisah nyata yang saya lamai sendiri, semoga cerita ini tidak menghilangkan makna sesungguhnya dan tidak menjadi bahan debat. Karena ini adalah kisah yang sudah Allah Subhanahu Wa Ta’ala tuliskan dalam buku rahasianya.

Kisah ini terjadi disebuah kampus yang rahasia perjuangannya menawan. Saat itu aku baru menikmati indahnya semester awal di kampus. Aku mahasiswa jurusan Fisika, FMIPA UNJ. Singkat cerita pada awal semester ku, aku mendapat mata kuliah Fisika Dasar 1 yang sekarang menjadi Fisika Dasar Umum. Aku diajar oleh dosen wanita yang energik dan biasa dipanggil dengan Bu Nelda. Selama belajar dengan beliau aku tidak mendapatkan kesulitan untuk menangkap pelajarannya.

Alkisah tibalah waktu quiz pertama ku, quiz mata kuliah fisika dasar 1. Dengan sudah belajar pada malam harinya, aku merasa sudah siap untuk bertempur dengan berbagai jenis soal yang garang. Kondisi kelas saat itu hening bercampur tegang. Aku duduk di barisan ke-2 dari depan sebelah kanan. Bu Nelda pun masuk dan melihat kondisi kelas lalu membagikan soal yang sudah menjadi impian anak-anak kelas untuk mengetahuinya. Ketika melihat soalnya, perasaan kelas yang tadinya mendung hendak hujan berubah menjadi cerah berawan. Kondisi kelas yang hening dengan sedikit terdengar omongan antara mahasiswa satu dengan mahasiswa lainnya dalam ujian itu. Kemudian muncul sedikit demi sedikit senyuman dari raut wajah yang belum aku kenal semua itu. Aku pun merasa bisa mengerjakannya. Kalau tidak salah ada 6 soal dan semuanya aku jawab. Tapi ada beberapa soal yang aku jawab dengan kepasrahan antara benar atau tidak. Bahkan soal nomer satu aku jawab dengan sedikit retorika (lupa caranya, tapi tau jawabannya). Selesai dari situ, yang tadinya cerah berawan
berubah mencadi cerah dengan senyuman di matahari (ingat gambar pemandangan sewaktu TK).

Beberapa hari kemudian terdengar kabar bahwa nilai quiz Fisdas1 sudah keluar, dengan penuh semangat aku pun langsung menuju ruang dosen fisika di lantai dua. Ketika aku masuk, dekat pintu masuk Bu Nelda sedang duduk dan akan menempel hasilnya. Lalu karena aku pertama yang datang aku meminta izin untuk melihat hasilnya. Maka diperlihatkanlah hasilnya, secarik kertas yang berisikan no.reg mahasiswa berserta nilainya. Aku mencari no. reg mahasiswa ku dari atas aku telusuri sampai akhirnya aku menemukan no.reg ku. Dan aku tercengang melihat nilai, yaitu 5. Dimana nilai tertingginya adalah 100. Bagai terkena sambaran petir diwaktu dhuha. Aku terkejut dengan hasilnya. Teman-teman kelas ku terlihat banyak yang puas dengan hasil. Ketika aku ditanya berapa nilai ujiannya? Aku hanya bisa memberitahu no.reg ku dan mereka yang mencari sendiri. Itulah kekecewaan di quiz pertama ku.

Setelah itu, dengan perasaan yang masih tak percaya aku agak ragu dengan keberadaanku di kampus ini. Apakah aku dapat bertahan di satu-satu nya kampus negeri di Jakarta ini? Aku mulai evaluasi diri, entah mengapa yang terbayangkan saat itu adalah ada yang salah dengan diri ku saat itu. Mungkin ada beberapa hak orang lain yang belum aku beri atau ada beberapa orang yang merasa terdzolimi oleh ku. Bahkan aku pernah mengadu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala apa salahku. Dengan masih merasa ragu aku jalani kegelisahan ini sampai akhirnya berjumpa dengan quiz Fisdas berikutnya.

Suatu hari, setelah Bu Nelda selesai memberikan materi beliau memberirtahu bahwa besok akan ada quiz ke-2 Fisdas. Aku pun tambah merasa malu dan sudah merasa kalah sebelum bertanding. Namun Bu Nelda menambahkan bahwa untuk quiz besok akan diberlakukan sistem baru yaitu sistem berpasangan karena hasil yang kemaren tidak mencapai target beliau. Dijabarkan bahwa sistem itu akan memasangkan mahasiswa dengan nilai paling rendah dan paling tinggi. Mendengar hal itu aku merasa sedikit bangkit walaupun tetap merasa malu. Karena aku lah mahasiswa dengan nilai paling rendah. Tapi saat ini malu bukanlah hal yang esensial.

Tibalah waktu quiz ke-2 Fisdas. Bu Nelda membacakan nama-nama mahasiswa yang berpasangan. Saat itu aku dipasangkan dengan kakak tingkat yang ikut kuliah bersama kami. Nama Ka Hendi, fisika angkatan 2005. Dengan sedikit merasa malu dan bahagia aku berkenalan dengan beliau dan kami pun langsung akrab karena kesamaan karakter (baca : humoris). Aku melihat teman-teman ku disekitar ada yang merasa kecewa dengan pasangannya ada pula yang sama seperti ku. Lalu tak sedikit yang aku dengar dari mereka karena iri dengan ku. Tapi ini adalah keputusan dosen ku. Setelah soal dibagikan kami pun langsung mengerjakannya bersama walaupun saat itu aku bertugas menulis jawabannya dan Ka Hendi yang lebih banyak mengerjakan dengan sekalian menjelaskan jawabannya kepada ku. Baru kali ini, aku merasa quiz yang menyenangkan karena saat itu sama halnya ketika berlajar bersama. Singkat cerita dikumpulkanlah lembar jawaban kami. Dan pertemuan berikutnya, Bu Nelda membagikan hasil quiz ke-2. Dan hasilnya sangat mencenangkan. Aku dan Ka Hendi mendapatkan nilai sempurna 100. Senang bercampur malu karena ada sedikit omongan terkait yang aku dapat bukan 100% hasil kerja ku, namun kebanyakan dikerjakan oleh kakak tingkat ku. Namun tetap dengan pendirian ku, malu bukanlah hal yang esensial saat itu aku tetap gembira dengan hasilnya dan di quiz berikutnya aku harus membuktikan bahwa aku dapat mendapatkan hasil yang sama tanpa berpasangan. Beberapa quiz kedepan, dosenku masih menggunakan sistem yang sama dan pasangan mahasiswa yang sama. Hasilnya pun tak jauh beda dengan quiz-quiz sebelumnya. Aku tak bisa menebak jika ternyata di awal quiz ku aku diberikan sesuatu yang kurang pas dengan hatiku, namun aku lebih tidak bisa menebak lagi dengan apa yang sudah aku dapatkan tatkala hasil quiz ku sangat jelek. Dari situlah aku mulai menyadari bahwa ini adalah jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tak disangka kedatangan-Nya. Dan aku hanya bisa bersyukur saat itu.

Suatu hari diakhir pelajaran Fisdas aku mendatangi dosen ku dan dengan perasaan takut aku menanyakan. “Bu, menurut ibu saya masih bisa dapat nilai bagus ga?” sambil membuka file di laptopnya dosen ku berkata “hmm,.masih bisa kok. Karena kamu termasuk aktif di kelas dan hasil quiz-quiz kemaren sangat membantu kamu”. Mendengar hal itu aku merasa sangat lega, maklumlah aku masih terbayangkan nilai 5 pada quiz pertama yang mebuat aku merasa putus asa.

Singkat cerita tibalah saat pembuktian yaitu UTS dan UAS. Dengan tidak lagi menggunakan sistem berpasangan, aku berusaha untuk membuktikan bahwa aku dapat berdikari. Sama seperti kondisi ketika ujian yang lain, sedikit terdengar bisikan-bisikan temanku dibelakang. Namun aku tak menghiraukan. Bahkan aku tetap menjaga sikap tenangku saat itu, dan ada seorang teman sebelah ku berkata “Jar, lo santai banget sih.uda semua ya?” Aku hanya memberikan senyuman dengan hati cemas karena belum semua soal aku jawab. Lambat laun soal demi soal mulai aku bantai dengan goresan pena ku. Sampai tak terasa kertas jawaban ku penuh dengan hasil coret-coretan rapi ku.

Kemudian sudah menjadi kebiasaanku, H-1 pemasukan nilai oleh dosen. Aku mengirimkan SMS yang isi kalo tidak salah “Assalamua’alaikum,.maaf mengganggu waktunya Bu, saya fajar mahasiswa pend.fisika reg 09. boleh saya tau nilai fisdas saya dan teman-teman kelas saya?”. Menunggu beberapa menit, HP ku bergetar menyambut SMS yang masuk dan aku buka ternyata balasan dari dosen ku “wa’alaikumsalam, iya boleh. besok ketemu dengan Ibu di jurusan”. Dengan perasaan was-was aku pun hanya bisa berdoa semoga hasilnya sesuai dengan ikhtiyarku selama ini. Karena saat itu aku berfikir mendapatkan nilai C saja sudah bersyukur.

Keesokan harinya, bertepatan dengan Sidang Umum (SU) BEMJ Fisika ‘10-‘11 aku datang ke kampus. Ketika sedang asik mengikuti perjalanan SU BEMJ, HP ku bergetar dan ternyata SMS dari Bu Nelda, beliau meminta ku untuk datang ke jurusan. Sesampainya di sana aku melihat beliau sedang duduk berhadapan dengan laptop besarnya. Raut mukanya sedikit resah sambil sesekali mengetik keyboard laptop. Lalu ketika aku lihat, ternyata beliau sedang memasukkan nilai Fisdas 1 kelas ku. Dengan sedikit adrenalin yang terpacu, aku meminta izin untuk melihat dan memberanikan diri untuk melihat nama ku di file itu. Aku pun menemukan nama ku dan aku telusuri dari kiri sampai kanan. Terpampang nilai ku selama satu semester kemarin, nilai yang bervariasi dan ketika aku melihat hasil akhirnya. Aku tercengang tak percaya, nilai fisdas ku “B”. Aku sempat menanyakan tentang nilai ku, “Apakah ini benar nilai saya Bu?” Dan beliau menjawab “Iya” Sungguh sebuah jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tak tertebak oleh ku. Goresan pena Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang membuat ku semakin cinta akan agama kebenaran ini. Bahkan aku diberi kepercayaan untuk menyimpan data nilai fisdas itu, Bu Nelda meminta alamat email ku dan akan mengirimkannya. Dan pada saat itu posisi ku bukan sebagai PJ mata kuliah atau pun ketua kelas. Dan dari situ lah, rasa hormat ku kepada beliau tetap terjaga sampai saat ini.

Inilah kisah ku tentang hikmah dibalik sebuah kenyataan. Sebuah kenyataan yang terlihat sangat pahit diawal. Sebuah kenyataan yang mungkin bisa membuat kita tak percaya akan adanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebuah kenyataan yang bisa membuat kita berpaling dari agama yang diridhoi ini. Mungkin banyak dari kalian yang sudah pula merasakan kenikmatan keputusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang diberikan kepada kita. Bahkan banyak cerita yang mungkin lebih menghebohkan lagi dari cerita ku barusan. Tapi ini jelas membuktikan bahwa, jika kalian sudah letih dengan tangan kalian kalian. Maka biarkan tanga Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menyelesaikannya. Ataupu sebuah kelimat bijak yang sering kita dengarkan. Jika kau merasa kecewa karena kau tidak mendapatkan apa yang kau inginkan. Maka duduk  manislah dan bersabar karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah menyiapkan sesuatu hal yang lebih baik dari pada sebelumnya untuk mu.

Tulislah apa yang kau harapkan tapi biarkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang memegang penghapusnya. Biarkan Dia Yang Maha Mengetahui untuk menghapus harapan yang mungkin tidak sesuai dengan diri mu. Yakinlah bahwa Allah hanya akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Karen bisa jadi yang inginkan tidak baik untuk kita. Dan yakinkan pula bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita.

Semoga bermanfaat,.. 

No comments:

Post a Comment