![]() |
home sweet home |
Banyak pertanyaan ketika mengisi kajian tentang dakwah kepada
keluarga? Kebanyakan yang bertanya adalah aktifis dakwah kampus yang notabennya
sedang mengemban amanah kampus. Pertanyaan yang sering disampaikan ini menjadi
salah satu indikasi bahwa ada masalah tentang hal ini, padahal baiknya seorang
aktifis dakwah dapat seimbang dalam mengajak seluruh orang termasuk keluarga.
Mengenai berdakwah dengan keluarga, maka saya jawab dengan
membuka realita yang terjadi di lapangan.
Perlu menjadi perhatian bahwa dakwah kepada keluarga berbeda
dengan dakwah kepada masyarakat atau kampus. Keluarga memiliki karakteristik
tersendiri, keluarga memiliki ma’rifatul medan yang berbeda dengan
masyarakat atau kampus.
Kebanyakan dari kita adalah baik saat menjadi aktifis dakwah
kampus tapi belum baik saat menjadi aktifis dakwah keluarga. Bolehlah kita di luar
sana menjadi pimpinan perusahaan, ketua lembaga dakwah, atau pimpinan majelis
ta’lim. Tapi saat di rumah ingatlah bahwa kita juga bagian terpenting dari
mereka. Ingatlah bahwa kita adalah anak dari bapak dan ibu, adik dari seorang
kakak, kakak dari seorang adik, atau ayah dari seorang istri dan anak. Kondisi
ini sangat berbeda dan menuntut kita untuk bisa semaksimal mungkin di kondisi
tertentu. Janganlah kita hebat diamanah luar namun tidak hebat ketika diamanah
keluarga.
Pahamilah bahwa kita tidak bisa berdakwah kepada keluarga
laiknya dakwah kepada teman-teman di kampus. Ini dikarenakan banyak aspek mulai
dari kedekatan emosional, pengalaman, tabiat masing-masing keluarga, pola asuh,
dan positioining kita di mata keluarga. Karena tidak banyak aktifis
dakwah yang besar di luar namun ketika sampai di rumah dia menjadi kecil bahkan
manja. Banyak aktifis ketika di luar sangat semangat membara tapi saat di rumah
menjadi orang yang selalu meminta bantuan, atau aktifis yang diluar sana
menjadi problem solver tapi saat di rumah menjadi problem maker. Dari
semua kasus ini dampak yang terjadi adalah keluarga menjadi antipati terhadap
dakwah karena mereka menganggap dakwah hanya menjadikan anak manja dan tidak
ada pengaruhnya dalam keluarga. Dan tak banyak dari keluarga yang menyalahkan
dakwah dengan kondisi anak yang di rasa belum bisa membantu di rumah. Dampak
berikutnya adalah orang tua jadi sulit memberikan izin kepada anaknya untuk
berdakwah karena setiap pulang ke rumah di waktu malam hari bahkan ada yang
kondisi sakit. Inilah fenomena kekinian dan berlanjut ke zaman berikutnya jika
tidak disikapi dengan baik.
Menyikapi hal ini, perlu diperhatikan kembali kalimat yang
tertulis di atas bahwasannya “dakwah kepada keluarga berbeda dengan dakwah
kepada masyarakat atau kampus”. Saya selalu menjawab bahwa metode dakwah
keluarga paling tepat adalah dengan KETELADANAN.
Kita harus paham bahwa ketika orang tua kita belum mau datang
kajian keislaman, maka jangan dakwahi dengan verbal (omongan) tapi dakwahilah
dengan keteladanan kita berangkat ke kajian tersebut. Menjadi catatannya adalah
banyak dari kita yang sudah ikut kajian tapi dirasa tidak memiliki hasil di
keluarga. Maka berikutnya adalah berikan KETELADANAN SIKAP saat di rumah setelah mengikuti kajian
keislaman, sehingga orang tua akan melihat ada perubahan yang baik pada diri
anaknya saat datang ke kajian. Mulailah dari kalian yang rajin shalat di
masjid, membaca Qur’an, dan menghidupkan Sunnah seperti shalat dhuha dan
tahajud. InsyaAllah dari KETELADANAN ini akan menjadi nilai tambah dan akan
diikuti oleh keluarga lainnya.
Bagi kalian aktifis dakwah kampus yang sangat sibuk dengan
amanahnya, janganlah kalian berdakwah dengan “Ayo Papah Mamah Kakak, sini
kumpul kita mentoring. Pah coba baca surat Maryam nanti saya koreksi”. Waah subhanallah,
kalau ini dilakukan bisa jadi orang tua kalian akan menilai aktifitas dakwah di
kampus menjadikan kalian anak tidak memiliki adab. Janganlah demikian, namun
berdakwahnya dengan KETELADANAN. Sekali-kali ketika kalian pulang dari
aktifitas dakwah kampus, bawalah sesuatu ke rumah untuk diberikan kepada
keluarga. Sering saya contohkan adalah setelah pulang rapat di kampus belilah
martabak dan bawa ke rumah lalu berikan kepada keluarga. InsyaAllah orang tua
kalian akan berfikir “Owwh kalau rapat ada martabaknya”. Minimal kekhawatiran
masalah makan kalian sudah terpenuhi dan poin penting bahwa dakwah kampus
menjadikan kalian perhatian terhadap keluarga.
Berbeda kondisi yang sering saya dapati orang tua yang curhat
kalau anaknya saat sampe rumah langsung ke kamar terlihat keletihan. Hal ini
juga harus kalian siasati karena jika tidak maka orang tua akan sulit memberi
izin kepada kalian untuk dakwah kembali. Saya sering sampaikan bahwa Aktifis
Dakwah itu adalah Seniman. Dimana seniman adalah orang yang dapat berekspresi
sesuai kebutuhan masyarakat tanpa harus memperlihatkan yang sebenarnya.
Seorang aktifis dakwah harus bisa memasang wajah ceria walau
dalam kondisi letih banyak amanah. Aktifis dakwah haruslah orang yang selalu
segar wajahnya, terkembang senyumnya, dan penuh energi untuk membantu sesama.
Maka pulanglah ke rumah dengan semangat dan wajah ceria walaupun sebenarnya
letih akibat rapat 5 jam nonstop di kampus. Pulanglah dengan senyuman menawan
kepada keluarga dan sampaikan kepada mereka “Mah, cucian udah di cuci belum?
Kalau belum sini saya yang cuci”, “Pah, genteng yang bocor udah dibenerin belum?
Kalau belum biar saya yang benerin”. Ketika pulang ke rumah bercandalah dengan
adik-adikmu, atau berdiskusilah dengan kakak mu. Gambarkan bahwa dakwah yang
saya lakukan di kampus begitu bermanfaat untuk kepribadian saya. Jadi dengan
sikap inilah keluarga akan menilai kalian sebagai orang yang sudah dewasa dan
akan menilai dakwah memberikan pengaruh baik kepada kalian.
Lakukan KETELADANAN itu terus menerus, karena sejatinya kita
tidak pernah tau kapan hidayah dakwah Allah tanamkan kepada keluarga kita. Kapan
hidayah untuk berislam lebih baik akan Allah masukkan ke dalam keluarga kita.
Sejatinya keluarga pun pernah cemburu karena lebih seringnya memikirkan orang
lain dari pada keluarga. Maka obat dari cemburu adalah PERHATIAN.
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. ( An Nahl ayat 125 )
Wallahu’alam …
No comments:
Post a Comment