![]() |
sumber : google |
Ada dua tipe pejuang kebaikan
dalam mengatur emosinya ketika bergerak dalam perjuangan. Yaitu ketika dia
dihimpit oleh banyak tekanan maka dia akan memilih emosi sedih, risau dan
akhirya berhenti dalam berjuang. Tapi ada juga pejuang kebaikan yang ketika dia
dihimpit oleh banyak tekanan maka dia akan memilih emosi senang gembira.
Jika perjuangan adalah seni untuk mengatur emosi, maka tidaklah salah
apalagi berdosa jika kita memilih emosi bahagia dan tersenyum
Banyak pendahulu kita yang telah
merasakan indahnya perjuangan dalam balutan bahagia dan ikhlas bergerak. Manisnya
perjuangan telah menjadi bagian hidup mereka sehingga kebahagiaan asasi
merupakan keniscayaan bagi mereka.
Tidak akah terjadi sebuah perubahan yang besar jika tidak ada penyebab
yang besar pula tindakannya
Muncul banyak pertanyaan tatkala melihat banyak pejuang kebaikan yang lemah semangat dalam bergerak. Diantaranya ada yang mulai melupakan bahwa dirinya adalah pejuang kebaikan itu sendiri. Mereka mualai lalai dengan tanggung jawabnya, seolah-olah mereka lupa dengan pengadilan Allah yang Maha Adil. Mungkin bukan saatnya kita menyalahkan keadaan seperti ini, tapi dalam sistem kaderisasi maka perlu adanya evaluasi amal yang sydah dilaksanakan. Bukanlah untuk membuka kelemahan orang lain atau kelemahan suatu agenda namun untuk menjadi perhatian lebih saat kedepannya akan ada agenda yang sama atau berbeda. Jangan sampai agenda nantinya tidak jauh beda dalam ketercapaian apalagi ditambah dengan bertambah banyaknya keluhan dari agenda tersebut. Jangan menjadi hewan yang bisa jatuh dilubang yang sama. Bahkan ada ungkapan yang menyakatan bahwa “siapa saja yang kondisi hari ini lebih buruk dari pada kondisi hari kemarin, maka dia telah rugi”.
Pejuang kebaikan mestilah orang
yang pandai mengatur emosi jiwanya. Dia haruslah menjadi teladan dalam
kekurangan pribadinya. Cerdas menggunakan emosi yang tepat dalam berbagai kondisi.
Gunakanlah kaidah “Bersikap serius terkesan santai”.
Semoga kedepan bisa menjadi
pribadi yang paripurna dalam menjalankan kebaikan, bukan lagi menjadi pribadi
yang mudah berkeluh kesah. Karena Allah senang dengan manusia yang bersyukur
dalam segala kondisi.
No comments:
Post a Comment