Wednesday, November 20, 2013

KEPEMIMPINAN NASIONAL “TEGAS, BERANI DAN TELADAN

oleh : Toma Patrio Tama

“Jika anda ingin menguji watak manusia, coba beri dia kekuasaan”
Abraham Lincoln

Menjelang tahun politik 2014, sudah banyak sebuah tawaran pemimpin yang akan melanjutkan suatu estafeta kepemimpinan Negara, dimana di berbagai media, dari elektronik, cetak hingga telivisi saat ini sudah sangat mainstream mem blow up kan tokoh-tokoh tertentu yang memang telah menjadi bagian pesenan tertentu. Hal ini menjadi sangat wajar, karena tokoh-tokoh tersebut harus memiliki citra yang baik di masyarakat untuk perhelatan akbar 2014.
google
Dalam kondisi negeri yang seperti ini, seolah-olah para calon pemimpin Negara, berlomba-lomba untuk membuat sebuah gagasan besar Negara, apabila menjadi pemimpin terpilih nanti. Padahal yang kita pahami, demokrasi atau pemilihan langsung belumlah mengakar hingga ketataran bawah masyarakat, ia masih menjadi sebuah pertandingan bebas dalam merekut tataran bawah masyarakat, dimana memegang kendali penuh suara nanti. Dan masyarakat belumlah paham akan suatu visi misi para calon pemimpin Negara, karena rakyat hanya ingin kebutuhan perutnya terpenuhi, dan itulah realita yang terjadi sampai saat ini.
Menariknya, dalam acara dialog kebangsaan yang diadakan Pangdam Diponegoro Semarang, yang menghadirkar Gubernur Lemhanas, Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, DEA, menyampaikan dalam materinya bahwasanya pendidikan politik yang di lakukan oleh partai politik menurut survey LSI hanya sebesar 12%, ini cukup mengagetkan, yang menjadi corong utama dalam memberikan pendidikan politik ya seharusnya partai polotik, tetapi nyatanya sebaliknya. Hal ini yang membuat keragu-raguan masyarakat atau keapatisan masyarakat dalam menyikapi demokrasi.
Pembahasan terkait pendidikan politik, tidak akan di bahas lebih jauh disini, penulisan di paragraph sebelumnya hanyalah sebuah info, agar sebagai cambuk bagi diri kita, yang telah mengaku “mahasiswa” yang tergabung dalam “pergerakan mahasiswa”, dalam penulisan kali ini akan membahas tentang kepemimpinan nasional yang tepat untuk Indonesia.
KEPEMIMPINAN KOTA KE NEGARA
            Terinspirasi dari sebuah cacatan seorang sahabat di bagian barat pulau jawa, dimana beliau menulis tentang sebuah fenomena baru tentang, kepemimpinan nasional yang di mulai dari kepemimpinan kota, dimana menurut survey 8% pemimpin Negara berasal dari pemimpin kota, meskipun hal ini belum begitu besar, tetapi diperkirakan akan menjadi sebuah trend baru.
Adalah sosok Lee Myung Bak di Korea Selatan. Sebelum menjadi presiden di periode 2008 – 2013, Lee Myung Bak memimpin Kota Seoul selama lima tahun (2002 – 2006). Keberhasilannya dalam menghijaukan Seoul, menciptakan taman publik di tengah-tengah Kota Seoul menjadikan Lee dinobatkan sebagai Hero of the Environtment oleh majalah Time tahun 2007. Proyek fenomenalnya ini dikenal dengan nama proyek restorasi Cheonggyecheon. Lee meruntuhkan jalan layang yang berdiri di atas Cheonggyecheon dan mengembalikan fungsinya sebagai sungai dan taman Kota yang menjadi sejarah, budaya, sekaligus tempat rekreasi di tengah-tengah Kota Seoul.
Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran (2005 – 2013) dikenal sebagai tokoh keras dari dunia ketiga yang suaranya seringkali terdengar vokal menghadapi dominasi negara-negara super power. Sebelumnya, Ahmadinejad yang merupakan lulusan transportasi Universitas Sains dan Teknologi Teheran berhasil menuntaskan masalah kemacetan yang cukup pelik di Teheran, ibukota Iran dalam waktu dua tahun. Meskipun hanya menjabat selama dua tahun sebagai walikota Teheran (2003 – 2005), Ahmadinejad masuk ke dalam 65 finalis World Mayor pada tahun 2005 yang terpilih dari 550 nominator. Ahmadinejad sempat masuk kandidat 3 besar tetapi mundurnya dari walikota untuk maju ke gelanggang pemilu nasional membuatnya gagal jadi pemenang.
            Recep Tayyip Erdogan yang menjadi walikota Istanbul 1994 – 1998 berhasil mengubah wajah Kota Istanbul yang suram menjadi kota metroplitan. Saat itu Istanbul berada diambang kebangkrutan. Ia mengubah utang milyaran dollar menjadi keuntungan investasi senilai 12 milyar dollar dan pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen di akhir masa kepemimpinannya. Terobosannya lainnya di antaranya keberhasilan pengadaan air bersih untuk penduduk kota, pengurangan polusi dengan aksi penanaman ribuan pohon di jalan-jalan kota, perang terhadap praktik prostitusi liar dengan memberikan pekerjaan lebih terhormat kepada wanita muda, dan pelarangan minuman keras di tempat yang berada di bawah kontrol pemerintah Kota. Erdogan seringkali blusukan ke pelosok-pelosok kumuh Kota Istanbul. Bahkan, Erdogan menolak pindah dari rumah sederhananya di Qasim Basya selama masa kepemimpinannya. Erdogan kemudian menjadi perdana menteri Turki dari tahun 2003 hingga sekarang.
            Francois Holland Presiden Perancis mengalahkan Sarkozy dalam pemilihan umum tahun 2012 lalu. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai walikota Tulle (2001 – 2008), sebuah kota kecil di Tengah Perancis yang berhasil dimodernisasi pada zamannya. Hollande berhasil memotong anggaran belanja administratif kota sehingga menurunkan beban hutang yang cukup besar.  Hollande terkenal sering blusukan dan tidak segan berbincang dengan masyarakatnya. Tidak heran kemenangan Hollande dalam pemilihan presiden lalu di Kota Tulle mencapai 75,7%.
            Selain mereka, terdapat beberapa pemimpin Kota yang memiliki kans besar menjadi pemimpin negara di masa depan. Mereka diprediksi akan maju dalam pemilihan presiden selanjutnya. Beberapa di antaranya adalah Mauricio Macri walikota Buenos Aires Argentina yang dinilai sangat pantas menggantikan Kricher, Babatunde Fashola walikota Lagos Nigeria, Marcelo Ebrad walikota Mexico City, serta  Jose Serra walikota Sao Paulo Brasil memang kalah dari Lula dalam pemilihan 2002 dan dari Rouseff di 2010 lalu tapi diperkirakan masih memiliki masa depan di pemilihan presiden berikutnya.
            Sedikit pemaparan diatas, telah jelas menunjukan trend kepemimpinan Negara di belahan dunia, bahwa kepemimpinan kota mulai merambah dan masuk dalam Indonesia, dengan contoh yang jelas kita bias lihat adalah suatu fenomena jokowi yang mampu meruntuhkan hegemoni kepemimpinan Fauzi Bowo yang notabene, beliau adalah masyarakat asal Jakarta. Dengan demikian ada sebuah peluang besar yang dimiliki jokowi yang sekarang ini telah menjadi media darlingyang kemudian di elu-elukan akan naik sebagai salah satu kandidat calon pemimpin Negara ini di periode 2014-2019, dan disini tidak akan menyimpulkan apakah jokowi layak atau tidak menjadi Presiden Negara ini, dan kita hanya bias menunggu sebuah jawaban dalam pertanyaan apakah jokowi naik sebagai Capres nanti.
            Yang menarik dari kepemimpinan kota ke Negara ini, sebenernya tidak hanya jokowi yang mampu naik menjadi kandidat capres 2014 nanti, masih banyak pemimpin kota yang sejatinya memiliki kapabilitas dalam memimpin Negara ini, yang memiliki sebuah gagasan besar untuk Negara ini. Yang sayangnya kebanyakan kepemimpinan yang dilakukan memiliki sifat low profile namun dalam masalah kerjahight performance , dan mereka pun memiliki segudang prestasi yang memang layak untuk menjadi kandidat pemimpin Negara ini.

KEPEMIMPINAN NASIONAL
            Sebelumnya diatas merupakan pembahasan yang menghantarkan kemepemimpanan nasional, yang memang dalam pembahasan kali ini lebih menggunakan kata ideal dalam mewujudkan kepemimpinan nasional, karena kepemimpinan nasional ini, bukan hanya membicarakan citra, melainkan suatu pekerjaan besar yang membawa suatu karya nyata buat bangsa ini.
            Dalam konsep kepemimpinan ini, ada beberapa yang memang harus dimiliki oleh para kandidatnya dalam kontes pesta demokrasi ditahun 2014.
  1. 1.      TEGAS
Di akhir periode kepemimpinan SBY, Indonesia seakan-akan kehilangan sosok pemimpin yang tegas dalam menghadapi setiap masalah, yang tidak memanfaatkan mimbar kenegaraan untuk curhat, yang notabene curhatan-curhatan yang tidak perlu dilontarkan. Ketegasan dalam kepemimpinan sangat perlu untuk memimpin Indonesia mendatang, karena banyak data ataupun fakta tentang banyaknya blok migas yang habis kontrak di periode 2014-2019, hal ini membutuhkan pemimpin yang tegas dalam menolak segala bentuk tawaran perpanjangan kontrak, ataupun ada perpanjangan kontrak, tegas mengatakan atau menawarkan pembagian hasil yang menguntungkan bangsa ini.
      Blok migas merupakan salah satu contoh, agar ketegasan seorang pemimpin mampu, memikirkan suatu hal, baik jangka panjang maupun pendek untuk memperbaiki bangsa ini, sector yang menjadi sorotan dalam ketegasan seorang pemimpin adala di bidak ekonomi, karena di tahun 2015 jelas akan ada suatu pasar bebas yaitu Masyarakan Ekonomi Asia (MEA) dimana cina, jepang dan korea merupakan bagian Negara yang harus kita waspadai dalam perindustrian dalam bangsa ini. Dalam sector ini, dibutuhkan pemimpin yang tegas mengatakan akan “Cintai Produk Indonesia”. Dan masih banyak ketegasan yang perlu ditampilkan oleh seorang sosok pemimpin nasional.
  1. 2.      BERANI
Salah satu sikap yang dimiliki dalam kepemimpinan nasional adalah ia harus menjadi seorang yang pemberani, keberanian disini dilihat dari berani dalam menegakan konstitusi dalam menegakan suatu keadilan. Berani dalam memberantas korupsi, yang bukan hanya menjadi sebuah slogan, melain sebuah prinsip dalam menegakan keadilan bagi bangsa ini. Suatu contoh yang bias kita ambil adalah di Negara cina.
Di China dilakukan pemutihan semua koruptor yang melakukan korupsi sebelum tahun 1998. Semua pejabat yang korupsi dianggap bersih, tetapi begitu ada korupsi sehari sesudah pemutihan, pejabat itu langsung dijatuhi hukuman mati. Hingga Oktober 2007, sebanyak 4.800 pejabat di China dijatuhi hukuman mati. Sekarang China menjadi negara bersih.  
Dengan kondisi Negara ini yang sudah begitu parahnya dalam moral dan integritas, maka diperlukan pemimpina yang senatiasa berani menegakan konstitusi Negara ini, agar apa yang menjadi sebuah hukuman bagi para koruptor tersebut bias menjerakan, selain berani menegakan konstitusi, pemimpin nasional berani dalam memegang kata-kata janjinya dalam setiap janji yang dilontarkan. Indonesia saat ini, perlu banya mencari refrensi menegakan konstitusi dan menegakan kedaulatan, semua itu bias tegak dengan suatu keberanian dalam menjalankan, mempertahankan dan mengakuai akan kebenaran ataupun kesalahan.
  1. 3.      TELADAN
Konteks yang terakhir dalam memandang akan kepemimpinan nasional, yang dilihat dari sudut pandang pribadi, bahwa saat ini Indonesia sedang dilanda sebuah krisis keteladanan. Krisis ini tidak hanya dialami dalam pendidikan, melainkan dalam kepemimpinan nasional, sifat teladan seorang pemimpin sudah menghilang sangat jauh, yang kemudian dampak dari tersebut adalah hilangnya suatu kepercayaan public akan kepemimpinan nasional.
Sifat teladan sangat perlu dalam memimpin, baik memimpin suatu organisasi hingga memipin suatu Negara, dengan kata lain bahwa menurut sun tzu, memimpin lewat teladan kehidupan, bukan hanya otoritas yang dimiliki. Saat mengajari rakyatnya kerja keras, ia pun mampu menunjukan bagaimana kerja keras itu, saat mendorong rakyatnya untuk hidup damai, ia pun juga mampu menciptak nuasa dama bagi para minoritas. Ketika Negara ini sedang dilanda suatu ketidak percayaan akan produk dalam negeri, maka perlu ad contoh dari seorang pemimpin Negara, yang memang dari rambut hingga ujung kakinya menggunakan produk dalam negeri, atapun ketika mulai luntur nilai-nilai budaya saat ini di masyarakat, seorang pemimpin mampu menunjukan kecintaannya akan budaya local.
Terakhir Ki Hajar Dewantara pernah berkata “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”, dimana artinyadi depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan,
EPILOG
Dalam setiap zaman senantiasa ada tokoh atau pemimpinnya, dan disetiap zaman akan ada tantangan yang menanti. Dalam pembahasan kepemimpinan nasional ini, periode 2014-2019, bukan hanya sekedar menyiapkan gagasan baru untuk Indonesia, melainkan gagasan yang siap untuk melunasi janji kemerdekaan bangsa ini, karena tantangan bagi bangsa ini kedepan jauh lebih besar dari periode sebelumnya. Pemimpin nasional, harus menyelesaikan apa yang belum terselesaikan sebelumnya. Mempertahankan ketahanan nasional dari konflik-konflik internal, dengan menggandeng segala elemen Negara, suku bahkan adat, kemudian menjadikan bangsa ini berdaulat, yang tak mudah untuk menyerah dengan bangsa yang lain, dan terakhir senantiasa menjaga keharmonisan dengan Negara serumpun, atau Negara berkembang dan maju lainnya.
            Sekian ini merupakan suatu opini, dimana kita sebagai mahasiswa, harus mendobrak segala kebuntuan kita, agar kita sadar dan benar-benar meliha bangsa ini, bahwa suatu saat bangsa ini akan senantiasa bangkit dari segala keterpurukan. Dan kini, kita harus ketahui, bahwa bangsa ini jauh lebih kita cintai daripada diri kita sendiri.


sumber : 

catatan, muhammad yorga permana tentang pemimpin kota ke negara

No comments:

Post a Comment