oleh : Toma Patrio Tama
“Jika anda ingin menguji watak manusia, coba beri dia kekuasaan”
Abraham Lincoln
Menjelang tahun politik 2014, sudah banyak sebuah tawaran pemimpin yang
akan melanjutkan suatu estafeta kepemimpinan Negara, dimana di berbagai media,
dari elektronik, cetak hingga telivisi saat ini sudah sangat mainstream mem blow
up kan tokoh-tokoh tertentu yang memang telah menjadi bagian
pesenan tertentu. Hal ini menjadi sangat wajar, karena tokoh-tokoh tersebut
harus memiliki citra yang baik di masyarakat untuk perhelatan akbar 2014.
![]() |
Dalam kondisi negeri yang seperti ini, seolah-olah para calon pemimpin
Negara, berlomba-lomba untuk membuat sebuah gagasan besar Negara, apabila
menjadi pemimpin terpilih nanti. Padahal yang kita pahami, demokrasi atau
pemilihan langsung belumlah mengakar hingga ketataran bawah masyarakat, ia
masih menjadi sebuah pertandingan bebas dalam merekut tataran bawah masyarakat,
dimana memegang kendali penuh suara nanti. Dan masyarakat belumlah paham akan
suatu visi misi para calon pemimpin Negara, karena rakyat hanya ingin kebutuhan
perutnya terpenuhi, dan itulah realita yang terjadi sampai saat ini.
Pembahasan terkait pendidikan politik, tidak akan di bahas lebih jauh
disini, penulisan di paragraph sebelumnya hanyalah sebuah info, agar sebagai
cambuk bagi diri kita, yang telah mengaku “mahasiswa” yang tergabung dalam
“pergerakan mahasiswa”, dalam penulisan kali ini akan membahas tentang
kepemimpinan nasional yang tepat untuk Indonesia.
KEPEMIMPINAN KOTA KE NEGARA
Terinspirasi dari sebuah cacatan seorang sahabat di bagian barat pulau jawa,
dimana beliau menulis tentang sebuah fenomena baru tentang, kepemimpinan
nasional yang di mulai dari kepemimpinan kota, dimana menurut survey 8%
pemimpin Negara berasal dari pemimpin kota, meskipun hal ini belum begitu
besar, tetapi diperkirakan akan menjadi sebuah trend baru.
Adalah sosok Lee Myung Bak di Korea Selatan. Sebelum menjadi presiden di
periode 2008 – 2013, Lee Myung Bak memimpin Kota Seoul selama lima tahun (2002
– 2006). Keberhasilannya dalam menghijaukan Seoul, menciptakan taman publik di
tengah-tengah Kota Seoul menjadikan Lee dinobatkan sebagai Hero of the
Environtment oleh majalah Time tahun 2007. Proyek fenomenalnya ini dikenal
dengan nama proyek restorasi Cheonggyecheon. Lee meruntuhkan jalan layang yang
berdiri di atas Cheonggyecheon dan mengembalikan fungsinya sebagai sungai dan
taman Kota yang menjadi sejarah, budaya, sekaligus tempat rekreasi di
tengah-tengah Kota Seoul.
Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran (2005 – 2013) dikenal sebagai tokoh
keras dari dunia ketiga yang suaranya seringkali terdengar vokal menghadapi
dominasi negara-negara super power. Sebelumnya, Ahmadinejad yang merupakan
lulusan transportasi Universitas Sains dan Teknologi Teheran berhasil
menuntaskan masalah kemacetan yang cukup pelik di Teheran, ibukota Iran dalam
waktu dua tahun. Meskipun hanya menjabat selama dua tahun sebagai walikota
Teheran (2003 – 2005), Ahmadinejad masuk ke dalam 65 finalis World Mayor pada
tahun 2005 yang terpilih dari 550 nominator. Ahmadinejad sempat masuk kandidat
3 besar tetapi mundurnya dari walikota untuk maju ke gelanggang pemilu nasional
membuatnya gagal jadi pemenang.
Recep
Tayyip Erdogan yang menjadi walikota Istanbul 1994 – 1998 berhasil mengubah
wajah Kota Istanbul yang suram menjadi kota metroplitan. Saat itu Istanbul
berada diambang kebangkrutan. Ia mengubah utang milyaran dollar menjadi
keuntungan investasi senilai 12 milyar dollar dan pertumbuhan ekonomi mencapai
7 persen di akhir masa kepemimpinannya. Terobosannya lainnya di antaranya
keberhasilan pengadaan air bersih untuk penduduk kota, pengurangan polusi
dengan aksi penanaman ribuan pohon di jalan-jalan kota, perang terhadap praktik
prostitusi liar dengan memberikan pekerjaan lebih terhormat kepada wanita muda,
dan pelarangan minuman keras di tempat yang berada di bawah kontrol pemerintah
Kota. Erdogan seringkali blusukan ke pelosok-pelosok kumuh Kota Istanbul.
Bahkan, Erdogan menolak pindah dari rumah sederhananya di Qasim Basya selama
masa kepemimpinannya. Erdogan kemudian menjadi perdana menteri Turki dari tahun
2003 hingga sekarang.
Francois
Holland Presiden Perancis mengalahkan Sarkozy dalam pemilihan umum tahun 2012
lalu. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai walikota Tulle (2001 – 2008),
sebuah kota kecil di Tengah Perancis yang berhasil dimodernisasi pada zamannya.
Hollande berhasil memotong anggaran belanja administratif kota sehingga
menurunkan beban hutang yang cukup besar. Hollande terkenal sering
blusukan dan tidak segan berbincang dengan masyarakatnya. Tidak heran kemenangan
Hollande dalam pemilihan presiden lalu di Kota Tulle mencapai 75,7%.
Selain
mereka, terdapat beberapa pemimpin Kota yang memiliki kans besar menjadi
pemimpin negara di masa depan. Mereka diprediksi akan maju dalam pemilihan
presiden selanjutnya. Beberapa di antaranya adalah Mauricio Macri walikota
Buenos Aires Argentina yang dinilai sangat pantas menggantikan Kricher,
Babatunde Fashola walikota Lagos Nigeria, Marcelo Ebrad walikota Mexico City,
serta Jose Serra walikota Sao Paulo Brasil memang kalah dari Lula dalam
pemilihan 2002 dan dari Rouseff di 2010 lalu tapi diperkirakan masih memiliki
masa depan di pemilihan presiden berikutnya.
Sedikit
pemaparan diatas, telah jelas menunjukan trend kepemimpinan Negara di belahan
dunia, bahwa kepemimpinan kota mulai merambah dan masuk dalam Indonesia, dengan
contoh yang jelas kita bias lihat adalah suatu fenomena jokowi yang mampu
meruntuhkan hegemoni kepemimpinan Fauzi Bowo yang notabene, beliau adalah
masyarakat asal Jakarta. Dengan demikian ada sebuah peluang besar yang dimiliki
jokowi yang sekarang ini telah menjadi media darlingyang kemudian
di elu-elukan akan naik sebagai salah satu kandidat calon pemimpin Negara ini
di periode 2014-2019, dan disini tidak akan menyimpulkan apakah jokowi layak atau
tidak menjadi Presiden Negara ini, dan kita hanya bias menunggu sebuah jawaban
dalam pertanyaan apakah jokowi naik sebagai Capres nanti.
Yang
menarik dari kepemimpinan kota ke Negara ini, sebenernya tidak hanya jokowi
yang mampu naik menjadi kandidat capres 2014 nanti, masih banyak pemimpin kota
yang sejatinya memiliki kapabilitas dalam memimpin Negara ini, yang memiliki
sebuah gagasan besar untuk Negara ini. Yang sayangnya kebanyakan kepemimpinan
yang dilakukan memiliki sifat low profile namun dalam masalah
kerjahight performance , dan mereka pun memiliki segudang prestasi
yang memang layak untuk menjadi kandidat pemimpin Negara ini.
KEPEMIMPINAN NASIONAL
Sebelumnya diatas merupakan pembahasan yang menghantarkan kemepemimpanan nasional,
yang memang dalam pembahasan kali ini lebih menggunakan kata ideal dalam
mewujudkan kepemimpinan nasional, karena kepemimpinan nasional ini, bukan hanya
membicarakan citra, melainkan suatu pekerjaan besar yang membawa suatu karya
nyata buat bangsa ini.
Dalam
konsep kepemimpinan ini, ada beberapa yang memang harus dimiliki oleh para
kandidatnya dalam kontes pesta demokrasi ditahun 2014.
- 1. TEGAS
Di akhir periode kepemimpinan SBY, Indonesia seakan-akan kehilangan sosok
pemimpin yang tegas dalam menghadapi setiap masalah, yang tidak memanfaatkan
mimbar kenegaraan untuk curhat, yang notabene curhatan-curhatan yang tidak
perlu dilontarkan. Ketegasan dalam kepemimpinan sangat perlu untuk memimpin
Indonesia mendatang, karena banyak data ataupun fakta tentang banyaknya blok
migas yang habis kontrak di periode 2014-2019, hal ini membutuhkan pemimpin
yang tegas dalam menolak segala bentuk tawaran perpanjangan kontrak, ataupun
ada perpanjangan kontrak, tegas mengatakan atau menawarkan pembagian hasil yang
menguntungkan bangsa ini.
Blok migas merupakan salah satu contoh, agar
ketegasan seorang pemimpin mampu, memikirkan suatu hal, baik jangka panjang maupun
pendek untuk memperbaiki bangsa ini, sector yang menjadi sorotan dalam
ketegasan seorang pemimpin adala di bidak ekonomi, karena di tahun 2015 jelas
akan ada suatu pasar bebas yaitu Masyarakan Ekonomi Asia (MEA) dimana cina,
jepang dan korea merupakan bagian Negara yang harus kita waspadai dalam
perindustrian dalam bangsa ini. Dalam sector ini, dibutuhkan pemimpin yang
tegas mengatakan akan “Cintai Produk Indonesia”. Dan masih banyak ketegasan
yang perlu ditampilkan oleh seorang sosok pemimpin nasional.
- 2. BERANI
Salah satu sikap yang dimiliki dalam kepemimpinan nasional adalah ia harus
menjadi seorang yang pemberani, keberanian disini dilihat dari berani dalam
menegakan konstitusi dalam menegakan suatu keadilan. Berani dalam memberantas
korupsi, yang bukan hanya menjadi sebuah slogan, melain sebuah prinsip dalam
menegakan keadilan bagi bangsa ini. Suatu contoh yang bias kita ambil adalah di
Negara cina.
Di China dilakukan pemutihan semua koruptor yang melakukan korupsi sebelum
tahun 1998. Semua pejabat yang korupsi dianggap bersih, tetapi begitu ada
korupsi sehari sesudah pemutihan, pejabat itu langsung dijatuhi hukuman mati.
Hingga Oktober 2007, sebanyak 4.800 pejabat di China dijatuhi hukuman mati.
Sekarang China menjadi negara bersih.
Dengan kondisi Negara ini yang sudah begitu parahnya dalam moral dan
integritas, maka diperlukan pemimpina yang senatiasa berani menegakan
konstitusi Negara ini, agar apa yang menjadi sebuah hukuman bagi para koruptor
tersebut bias menjerakan, selain berani menegakan konstitusi, pemimpin nasional
berani dalam memegang kata-kata janjinya dalam setiap janji yang dilontarkan.
Indonesia saat ini, perlu banya mencari refrensi menegakan konstitusi dan
menegakan kedaulatan, semua itu bias tegak dengan suatu keberanian dalam
menjalankan, mempertahankan dan mengakuai akan kebenaran ataupun kesalahan.
- 3. TELADAN
Konteks yang terakhir dalam memandang akan kepemimpinan nasional, yang
dilihat dari sudut pandang pribadi, bahwa saat ini Indonesia sedang dilanda
sebuah krisis keteladanan. Krisis ini tidak hanya dialami dalam pendidikan,
melainkan dalam kepemimpinan nasional, sifat teladan seorang pemimpin sudah
menghilang sangat jauh, yang kemudian dampak dari tersebut adalah hilangnya
suatu kepercayaan public akan kepemimpinan nasional.
Sifat teladan sangat perlu dalam memimpin, baik memimpin suatu organisasi
hingga memipin suatu Negara, dengan kata lain bahwa menurut sun tzu, memimpin
lewat teladan kehidupan, bukan hanya otoritas yang dimiliki. Saat mengajari
rakyatnya kerja keras, ia pun mampu menunjukan bagaimana kerja keras itu, saat
mendorong rakyatnya untuk hidup damai, ia pun juga mampu menciptak nuasa dama
bagi para minoritas. Ketika Negara ini sedang dilanda suatu ketidak percayaan
akan produk dalam negeri, maka perlu ad contoh dari seorang pemimpin Negara,
yang memang dari rambut hingga ujung kakinya menggunakan produk dalam negeri,
atapun ketika mulai luntur nilai-nilai budaya saat ini di masyarakat, seorang
pemimpin mampu menunjukan kecintaannya akan budaya local.
Terakhir Ki Hajar Dewantara pernah berkata “Ing Ngarsa Sung
Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”, dimana artinyadi
depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik,
di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan
dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan,
EPILOG
Dalam setiap zaman senantiasa ada tokoh atau pemimpinnya, dan disetiap
zaman akan ada tantangan yang menanti. Dalam pembahasan kepemimpinan nasional
ini, periode 2014-2019, bukan hanya sekedar menyiapkan gagasan baru untuk
Indonesia, melainkan gagasan yang siap untuk melunasi janji kemerdekaan bangsa
ini, karena tantangan bagi bangsa ini kedepan jauh lebih besar dari periode
sebelumnya. Pemimpin nasional, harus menyelesaikan apa yang belum terselesaikan
sebelumnya. Mempertahankan ketahanan nasional dari konflik-konflik internal,
dengan menggandeng segala elemen Negara, suku bahkan adat, kemudian menjadikan
bangsa ini berdaulat, yang tak mudah untuk menyerah dengan bangsa yang lain,
dan terakhir senantiasa menjaga keharmonisan dengan Negara serumpun, atau
Negara berkembang dan maju lainnya.
Sekian
ini merupakan suatu opini, dimana kita sebagai mahasiswa, harus mendobrak
segala kebuntuan kita, agar kita sadar dan benar-benar meliha bangsa ini, bahwa
suatu saat bangsa ini akan senantiasa bangkit dari segala keterpurukan. Dan
kini, kita harus ketahui, bahwa bangsa ini jauh lebih kita cintai daripada diri
kita sendiri.
sumber :
catatan, muhammad yorga permana tentang pemimpin kota ke negara
No comments:
Post a Comment