FIQH
DAKWAH
_Jum’ah
Amin Abdul Aziz_
Bismillah...
Jika
kita mendengar kalimat Dakwah Islamiyah, maka dimaksudkan adalah “Risalah
terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai wahyu dari Allah
dalam bentuk kitab yang tidak ada kebatilan di dalamnya, baik di depan atau
belakangnya, dengan kalam-Nya yang bernilai mukjizat dan yang ditulis di dalam
mushaf yang diriwayatkan dari Nabi saw dengan sanad yang mutawatir, yang
membacanya bernilai ibadah.”
Keutamaan
Dakwah
Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata,
“ Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” ( Fushilat : 33 )
Ayat
tadi adalah sebuah peringatan bagi para dai sekaligus sebuah sanjungan bagi dai
yang terus menerus mengajak manusia dalam kebaikan. Dakwah adalah tugas
lahiriyah dari seluruh umat manusia. Karena bukan dai adalah profesi yang bisa
disandang oleh siapa saja, diri kita adalah dai minimalnya dai untuk dirinya
sendiri. Maka bergembiralah, karena Allah dalam firman-Nya mengatakan
Katakanlah, “ Dengan karunia Allah
dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” ( Yunus:
58 )
Karakteristik
Dakwah Kita
Dakwah
islamiah memiliki beberapa karakter yang membedakannya dari dakwah-dakwah yang
lain. Di sini akan kita sebutkan secara ringkas sebagai berikut :
1. Rabaniyah
2. Wasathiyah
3. Ijabiyah
5. Akhlaqiyah
6. Syumuliyah
7. ‘Alamiyah
8. Syuriyah
9. Jihadiyah
10. Salafiyah
Kaidah-Kaidah
yang menjadi acuan seorang Dai
Ø Memberi
keteladanan sebelum berdakwah
Ø Mengikat
hati sebelum menjelaskan
Ø Mengenalkan
sebelum memebri beban
Ø Bertahap
dalam Pembebanan
Ø Memudahkan,
bukan Menyulitkan
Ø Yang
pokok sebelum yang cabang
Ø Membesarkan
hati sebelum memberi Ancaman
Ø Memahamkan,
bukan Mendikte
Ø Mendidik,
bukan Menelanjangi
Ø Muridnya
Guru, bukan Muridnya Buku
Dari
semua itu, maka dai harus memperhatikan niat dan orientasinya dalam berdakwah,
yaitu semata-mata untuk mendapat ridha Allah swt. Layaknya Abu Yusuf r.a
berkata, “ Wahai kaumku, hendaknya kamu niatkan ilmumu karena Allah.
Sesungguhna aku belum pernah duduk di suatu majelis pun di mana aku berniat
dalam majelis itu untuk bertawadhu kecuali aku tidak berdiri hingga aku
melebihi mereka, dan aku belum pernah duduk di suatu majelis pun di mana aku
berniat di dalamnya untuk melebihi mereka kecuali aku tidak berdiri hingga aku
terhina.
Niat
menjadi sangat penting dan mendasar bagi seluruh gerakan awalan kita. Jangan
sampai niat kita terusik oleh kesenangan semu yang dapat membuyarkan kesenganan
yang hakiki lagi sejati, yaitu nikmat syurga yang Allah janjikan kepada
umat-Nya yang bertakwa.
No comments:
Post a Comment