Oleh : fajar
tri nugroho
Masalah Moral, Masalah akhlak.
Biar kami cari sendiri
Urus saja moralmu, urus saja akhlakmu
Peraturan yang sehat yang kami mau
Tegakkan hukum, setegak tegaknya
Adil dan tegas tak pandang bulu
Pasti kuangkat engkau
Menjadi MANUSIA SETENGAH DEWA
(Iwan Fals /
Manusia Setengah Dewa)
Inilah
bait doa seorang rakyat kepada Tuhannya. Doa yang berharap kelak akan ada
pemimpin yang ADIL dan TEGAS di Bumi Ibu Pertiwi ini.
Sudah menjadi barang
tentu, bahwa pemimpin Indonesia haruslah mengerti seluk beluk kemajemukan NKRI.
Pemimpin bangsa ini juga haruslah berani me-nasionalisasi aset bangsa mulai
dari sektor SDA sampai SDM yang berkualitas. Lupakah kalian bahwa tambang emas
kita di Irian Jaya untuk 20 tahun ke depan akan di keruk kebali oleh negara
adidaya bermaskot patung Liberty? Padahal sudah jelas, penghasil emas terbesar
adalah Indonesia. Tapi kita menjadi bangsa yang miskin dalam keberlimpahan
kekayaan.
Butuh
pemimpin yang siap MATI dan HIDUP bersama Indonesia. Teringat ungkapan seorang
Ulama Indonesia. “Pemimpin adalah
menderita”. Tutur seorang Agus Salim dalam hidupnya yang menggambarkan
seperti apa seorang pemimpin itu harusnya.
Coba
untuk mengingat kembali kekayaan bangsa ini. Bangsa Indonesia merupakan negara
maritim nan agraris. 70 % wilayah Indonesia adalah perairan, selebihnya wilayah
Indonesia dihiasi hamparan tanah subur. Tak pernah puas rasa untuk menikmati
keindahan dari 13.667 pulau besar dan kecil ini.
Gugusan
pulau ini diisi oleh hampir 250 juta jiwa manusia, bahkan Sutan Takdir
Alisyahbana mengungkapkan bahwa Indonesia terdiri dari 200-250 etnis. Jumlah
besar itu pun terbagi menjadi etnis Jawa, Sunda, Madura, Minangkabau, Bugis,
Bali, Batak, Melayu. Dari banyak etnis itu tercipta 300 bahasa daerah dengan
dialek bahasa dan aksara masing-masing. Selain itu Indonesia juga toleransi
dalam hal agama, terbukti dengan adanya Islam (87,2%), Kristen (6,9%), Khatolik
(2,9%), Budha (0,7%), Kong Hu Chu (0,05%). Dengan kemajemukan ini, mengharuskan
pemimpin Indonesia terampil dalam bersosial di masyarakat.
Kemudian
muncul pertanyaan, seperti apakah kriteria pemimpin yang bisa menghimpun
kemajemukan Indonesia? Setidaknya penulis mengungkapkan beberapa karakter atau
gaya kepemimpinan agar menjadi Manusia Setengah Dewa.
1. Gaya
kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantara
-
Ing ngarso sang tulodo
-
Ing madya mangun karsa
-
Tut wuri handayani
2. Ber-Visi
dan Misi Pancasila
-
Ber-Tuhan
-
Mendahulukan yang pokok sebelum yang
cabang
-
Memahamkan bukan mendikte
-
Mendidik bukan menelanjangi
3. Memberi
teladan sebelum memerintah
Semua
poin-poin di atas kita rangkum dalam satu kalimat “Pemimpin Pelayan Umat”.
Sehingga bukan pemimpin yang dilayani umat. Hal itu hanya akan mengakibatkan
terlahirnya politisi kontemporer. Seharusnya dibutuhkan sosok negarawan sejati
guna memimpin bangsa yang heterogen dalam kebudayaan.
Tugas
kita sebagai agent of enlightnment
adalah bergerak tanpa henti pada posnya masing-masing. Disiplin dalam bersikap,
tegas dalam berkomitmen dan berkeyakinan teguh terhadap sumber kebenaran hakiki
yaitu dari Tuhan Semesta Alam.
Khazanah
pengetahuan :
Franklin Covey, The 4 Roles of Leadership
Hisham Al-Talib, Training Guide for Islamic Worker
Musthafa Masyhur : Al-Qiyadah wal Jundiyah
Wikipedia
Jumu’ah
Amin, Fiqh dakwah
BPS
No comments:
Post a Comment