Sunday, May 18, 2014

Pemimpin berjiwa Sosial

Oleh : fajar tri nugroho

Masalah Moral, Masalah akhlak.
Biar kami cari sendiri
Urus saja moralmu, urus saja akhlakmu
Peraturan yang sehat yang kami mau

Tegakkan hukum, setegak tegaknya
Adil dan tegas tak pandang bulu
Pasti kuangkat engkau
Menjadi MANUSIA SETENGAH DEWA

(Iwan Fals / Manusia Setengah Dewa)

Inilah bait doa seorang rakyat kepada Tuhannya. Doa yang berharap kelak akan ada pemimpin yang ADIL dan TEGAS di Bumi Ibu Pertiwi ini.
Sudah menjadi barang tentu, bahwa pemimpin Indonesia haruslah mengerti seluk beluk kemajemukan NKRI. Pemimpin bangsa ini juga haruslah berani me-nasionalisasi aset bangsa mulai dari sektor SDA sampai SDM yang berkualitas. Lupakah kalian bahwa tambang emas kita di Irian Jaya untuk 20 tahun ke depan akan di keruk kebali oleh negara adidaya bermaskot patung Liberty? Padahal sudah jelas, penghasil emas terbesar adalah Indonesia. Tapi kita menjadi bangsa yang miskin dalam keberlimpahan kekayaan.
Butuh pemimpin yang siap MATI dan HIDUP bersama Indonesia. Teringat ungkapan seorang Ulama Indonesia. “Pemimpin adalah menderita”. Tutur seorang Agus Salim dalam hidupnya yang menggambarkan seperti apa seorang pemimpin itu harusnya.
Coba untuk mengingat kembali kekayaan bangsa ini. Bangsa Indonesia merupakan negara maritim nan agraris. 70 % wilayah Indonesia adalah perairan, selebihnya wilayah Indonesia dihiasi hamparan tanah subur. Tak pernah puas rasa untuk menikmati keindahan dari 13.667 pulau besar dan kecil ini.
Gugusan pulau ini diisi oleh hampir 250 juta jiwa manusia, bahkan Sutan Takdir Alisyahbana mengungkapkan bahwa Indonesia terdiri dari 200-250 etnis. Jumlah besar itu pun terbagi menjadi etnis Jawa, Sunda, Madura, Minangkabau, Bugis, Bali, Batak, Melayu. Dari banyak etnis itu tercipta 300 bahasa daerah dengan dialek bahasa dan aksara masing-masing. Selain itu Indonesia juga toleransi dalam hal agama, terbukti dengan adanya Islam (87,2%), Kristen (6,9%), Khatolik (2,9%), Budha (0,7%), Kong Hu Chu (0,05%). Dengan kemajemukan ini, mengharuskan pemimpin Indonesia terampil dalam bersosial di masyarakat.
Kemudian muncul pertanyaan, seperti apakah kriteria pemimpin yang bisa menghimpun kemajemukan Indonesia? Setidaknya penulis mengungkapkan beberapa karakter atau gaya kepemimpinan agar menjadi Manusia Setengah Dewa.
1.      Gaya kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantara
-          Ing ngarso sang tulodo
-          Ing madya mangun karsa
-          Tut wuri handayani
2.      Ber-Visi dan Misi Pancasila
-          Ber-Tuhan
-          Mendahulukan yang pokok sebelum yang cabang
-          Memahamkan bukan mendikte
-          Mendidik bukan menelanjangi
3.      Memberi teladan sebelum memerintah
Semua poin-poin di atas kita rangkum dalam satu kalimat “Pemimpin Pelayan Umat”. Sehingga bukan pemimpin yang dilayani umat. Hal itu hanya akan mengakibatkan terlahirnya politisi kontemporer. Seharusnya dibutuhkan sosok negarawan sejati guna memimpin bangsa yang heterogen dalam kebudayaan.
Tugas kita sebagai agent of enlightnment adalah bergerak tanpa henti pada posnya masing-masing. Disiplin dalam bersikap, tegas dalam berkomitmen dan berkeyakinan teguh terhadap sumber kebenaran hakiki yaitu dari Tuhan Semesta Alam.


Khazanah pengetahuan :
Franklin Covey, The 4 Roles of Leadership
Hisham Al-Talib, Training Guide for Islamic Worker
Musthafa Masyhur : Al-Qiyadah wal Jundiyah
Wikipedia
Jumu’ah Amin, Fiqh dakwah
BPS

No comments:

Post a Comment