Wednesday, November 28, 2012

esai untuk #BEM UNJ




Esai Isu Regional
“Ini adalah Ibu Kota Indonesia”
Oleh : Yodi dan Fajar Tri Nugroho
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Ini Ibu Kota ku, kata Indonesia
Jakarta adalah Ibu Kota dari Negara Republik Indonesia. Daya tariknya sangat kuat sehingga setiap tahunnya akan didatangi para pencari rezeki dari wilayah lain. Keindahan dan keelokannya pun tak terbantahkan lagi, karena hampir semua yang kita mau ada di sebuah kota yang luasnya hanya 661,52 km2 . dengan luas inilah, Jakarta menjadi kota yang kota metropilitan yang membahana.
Terdapat sejarah yang panjang dalam perjalanan kota ini, mulai dari pergantian nama dari Sunda Kelapa ( sebelum 1527 ) ke Jayakarta ( 1527-1619 ), kemudian menjadi Batavia atau Jaccatra ( 1619-1942 ), dan berikutnya menjadi Djakarta sampai sekarang. Berbagai tempat bersejarah bertempat di Jakarta dan tempat paling bersejarah adalah Jalan Penggangsaan nomer 56, Cikini dimana Presiden Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia yang menjadi titik pulminasi bangsa ini. Berbagai kemahsyuran dari segi keindahan dan sejarah ini menjadikan Jakarta sebagai kota yang banyak dilihat oleh daerah laen bahkan sampai pemimpin bangsa lain.
Namun, dibalik keindahannya. Kota ini juga menyimpan jebakan-jebakan kehidupan yang mematikan. Daya saing di Jakarta sangatlah tinggi. Sikut-sikutan sudah menjadi hal yang lumrah di kota yang berpenduduk 9.607.787 jiwa. Jika boleh diibaratkan dengan sebuah kalimat, “yang kuat kan bertahan, yang lemah akan mati”. Maka itulah Jakarta. Euforia Jakarta sangatlah elegan, sampai-sampai melupakan maksud dari awalan setiap orang datang ke Jakarta yaitu mencari nafkah untuk keluarga.
Hal ini menjadi sangat unik ketika Jakarta yang hari megah dengan kemewahannya, harus berjibaku dengan permasalahan yang seharusnya tidak ada di  kota se-elegan ini. Mulai dari masalah infrastruktur, pendidikan, bahkan sampai masalah yang paling fundamental yaitu permasalahan perut atau kesejahteraan.
Perubahan ke arah lebih baik khususnya dalam ranah infrastruktur akan menjadi pekerjaan rumah yang besar Sang Gubernur Baru. Bahkan tertulis dalam surat kabar elektronik okezone.com bahwa masalah infrastruktur di Jakarta dinilai terlalu rumit, oleh karena itu 100 hari kemepimpinan gubernur baru Jokowi-Ahok belum dapat menyelesaikan persoalan infrastruktur.
Infrastruktur tidak akan selesai dalam 100 hari lantaran terlalu banyak yang harus dibenahi. Selain itu, gubernur juga harus melakukan program lainnya. “ jangan berharap tiba-tiba infrastruktur jadi bagus dalam 100 hari, itu ngga mungkin.” Tegas Senior Partner and Co Founder CRECO Consultant Raden Pardede, di Tower Energy, SCBD, Jakarta.
Harapan itu masih ada ?
Jakarta merupakan kota yang sangat penting untuk Negara Indonesia. Jelas sekali karena Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia kemudian merupakan trend setter bagi perkembangan isu regional Indonesia, pusat ekonomi bisnis kemudian kehidupan sosial budaya semua berada di Jakarta.
Dibalik semua itu, Jakarta melaksanakan pesta demokrasi 5 tahun yaitu pemilukada. Ini sangat menarik untuk kita kaji karena pemilukada DKI Jakarta merupakan acuan nasional untuk pemilukada-pemilukada di daerah lainnya. 2x pemilukada di DKI Jakarta tidak ada yang saling menggugat hasil pemilukada. Apa yang menarik dari pemilukada. Disini saya coba mengutip berita tentang pemilukada DKI jakarta
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi, menyebut pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama yang memenangi Pemilukda DKI Jakarta telah membuktikan diri sebagai figur yang mampu melampaui partai pengusungnya. Menurut Ari, jika didasarkan pada hitungan-hitungan raihan suara baik dalam Pemilu dan Pilpres 2009 maupun Pilgub DKI putaran pertama, di atas kertas Jokowi tidak akan memenangi Pemilukada.
"Jokowi-Basuki yang hanya didukung PDIP dan Gerindra ternyata bisa menjadi jawara meski dikeroyok parpol-parpol besar lainnya. Ini kemenangan akal sehat," kata Ari kepada JPNN, Jumat (21/9). 
Penyandang gelar doktor yang juga pengajar pada program Pascasarjana Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu menambahkan, Pemilukada DKI juga membuktikan hal yang sebelumya dianggap tidak mungkin ternyata bisa menjadi kenyataan. Bahkan keterbatasan dana, kata Ari, justru bisa menjadi senjata ampuh untuk mendulunag suara.

"Apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Keterbatasan dana justru bisa menjadi senjata andalan ketika akal sehat dipermainkan oleh sebuah rezim yang berkuasa," ucapnya.
Ari pun membandingkan kemenangan Megawati di tahun 1999 atau Corazon Aquino di Filipina pascakekuasaan Ferdinand Marcos dengan Jokow-Basuki. Bahkan hantaman SARA yang disuarakan tokoh-tokoh nasional sekaliber Amien Rais, Hidayat Nurwahid dan tokoh-tokoh partai yang menjadi pendukung pasangan Fausi-Nachrowi, sebut Ari, tak mampu menggerus suara Jokowi[1].
Terlepas dari itu Jakarta kini telah melewati satu momen besar yaitu pemilukada dan hasilnya pun memberikan sebuah gambaran baru. Karena hari ini Jakarta memiliki wajah baru dalam tataran pemerintahan. Ir. Joko Widodo dan Wakilnya Basuki Cahya Purnama telah menjadi trade mark baru di Jakarta. Ciri khas yang unik yaitu baju kotak-kotak hampir selama 3 bulan lamanya sering menghiasi layar kaca kita. Sebuah perubahan dituntut saat ini dan bukan janji  yang diminta melainkan aksi nyata.
Hasil pilkada ini banyak mendapat tanggapan dari berbagai pihak, mulai dari tanggapan halus sampai kasar. Berbagai elemen yang berbagai di Jakarta akan terus memantau terus kinerja dari Pemimpin Baru Jakarta ini. Ambillah contoh BEM Jakarta Raya yang mulai turun aksi dari bulan agustus. Mereka berjanji akan terus mengawal Pilakada ini sampai selesai dan sampai pemimpin baru terpilih. Bahkan mereka akan terus berjalan berdampingan dengan sifat sebagai penasehat eksternal untuk semua regulasi yang akan dikeluarkan oleh pemerintah daerah Jakarta. Hal semacam ini seharusnya menjadi tugas bersama dalam mengawal Jakarta 5 tahun ke depan.
Harapan itu masih ada, Jakarta adalah kota sejuta harapan. Semua orang di Indonesia mengharapkan Jakarta bisa menjadi kota kebanggaan nusantara. Bukan hanya karena sebagai Ibu Kota Negara namun juga kota dengan nilai sejarah yang sangat megah. Bahkan euforia kemerdekaan pun pertama kali dirasakan di kota metropolitan ini. Aksi nyata yang dibutuhkan, bukanlah retorika janji manis yang selalu digembor-gembor kan. Semoga Jakarta hari ini telah dipegang oleh ahlinya dan Sang Pemimpin Baru tetap setia dengan harmonisasi Jakarta selama 5 tahun kedepan.

No comments:

Post a Comment