Esai
Isu Regional
“Ini adalah Ibu
Kota Indonesia”
Oleh : Yodi dan Fajar Tri Nugroho
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
Ini Ibu Kota ku, kata
Indonesia
Jakarta
adalah Ibu Kota dari Negara Republik Indonesia. Daya tariknya sangat kuat
sehingga setiap tahunnya akan didatangi para pencari rezeki dari wilayah lain.
Keindahan dan keelokannya pun tak terbantahkan lagi, karena hampir semua yang
kita mau ada di sebuah kota yang luasnya hanya 661,52 km2 . dengan
luas inilah, Jakarta menjadi kota yang kota metropilitan yang membahana.
Terdapat
sejarah yang panjang dalam perjalanan kota ini, mulai dari pergantian nama dari
Sunda Kelapa ( sebelum 1527 ) ke Jayakarta ( 1527-1619 ), kemudian menjadi
Batavia atau Jaccatra ( 1619-1942 ), dan berikutnya menjadi Djakarta sampai
sekarang. Berbagai tempat bersejarah bertempat di Jakarta dan tempat paling
bersejarah adalah Jalan Penggangsaan nomer 56, Cikini dimana Presiden Soekarno
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia yang menjadi titik pulminasi bangsa ini.
Berbagai kemahsyuran dari segi keindahan dan sejarah ini menjadikan Jakarta
sebagai kota yang banyak dilihat oleh daerah laen bahkan sampai pemimpin bangsa
lain.
Namun,
dibalik keindahannya. Kota ini juga menyimpan jebakan-jebakan kehidupan yang
mematikan. Daya saing di Jakarta sangatlah tinggi. Sikut-sikutan sudah menjadi
hal yang lumrah di kota yang berpenduduk 9.607.787 jiwa. Jika boleh diibaratkan
dengan sebuah kalimat, “yang kuat kan
bertahan, yang lemah akan mati”. Maka itulah Jakarta. Euforia Jakarta
sangatlah elegan, sampai-sampai melupakan maksud dari awalan setiap orang
datang ke Jakarta yaitu mencari nafkah untuk keluarga.
Hal
ini menjadi sangat unik ketika Jakarta yang hari megah dengan kemewahannya,
harus berjibaku dengan permasalahan yang seharusnya tidak ada di kota se-elegan ini. Mulai dari masalah infrastruktur,
pendidikan, bahkan sampai masalah yang paling fundamental yaitu permasalahan
perut atau kesejahteraan.
Perubahan
ke arah lebih baik khususnya dalam ranah infrastruktur akan menjadi pekerjaan
rumah yang besar Sang Gubernur Baru. Bahkan tertulis dalam surat kabar
elektronik okezone.com bahwa masalah infrastruktur di Jakarta dinilai terlalu
rumit, oleh karena itu 100 hari kemepimpinan gubernur baru Jokowi-Ahok belum
dapat menyelesaikan persoalan infrastruktur.
Infrastruktur
tidak akan selesai dalam 100 hari lantaran terlalu banyak yang harus dibenahi.
Selain itu, gubernur juga harus melakukan program lainnya. “ jangan berharap
tiba-tiba infrastruktur jadi bagus dalam 100 hari, itu ngga mungkin.” Tegas
Senior Partner and Co Founder CRECO Consultant Raden Pardede, di Tower Energy,
SCBD, Jakarta.
Harapan itu masih ada ?
Jakarta merupakan kota yang
sangat penting untuk Negara Indonesia. Jelas sekali karena Jakarta merupakan
ibukota Negara Indonesia kemudian merupakan trend setter bagi perkembangan isu
regional Indonesia, pusat ekonomi bisnis kemudian kehidupan sosial budaya semua
berada di Jakarta.
Dibalik semua itu, Jakarta melaksanakan pesta demokrasi 5 tahun yaitu
pemilukada. Ini sangat menarik untuk kita kaji karena pemilukada DKI Jakarta
merupakan acuan nasional untuk pemilukada-pemilukada di daerah lainnya. 2x
pemilukada di DKI Jakarta tidak ada yang saling menggugat hasil pemilukada. Apa
yang menarik dari pemilukada. Disini saya coba mengutip berita tentang
pemilukada DKI jakarta
Pengamat politik dari
Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi, menyebut pasangan Joko Widodo-Basuki
Tjahaja Purnama yang memenangi Pemilukda DKI Jakarta telah membuktikan diri
sebagai figur yang mampu melampaui partai pengusungnya. Menurut Ari, jika didasarkan
pada hitungan-hitungan raihan suara baik dalam Pemilu dan Pilpres 2009 maupun
Pilgub DKI putaran pertama, di atas kertas Jokowi tidak akan memenangi
Pemilukada.
"Jokowi-Basuki yang hanya didukung PDIP dan Gerindra ternyata bisa menjadi jawara meski dikeroyok parpol-parpol besar lainnya. Ini kemenangan akal sehat," kata Ari kepada JPNN, Jumat (21/9). Penyandang gelar doktor yang juga pengajar pada program Pascasarjana Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu menambahkan, Pemilukada DKI juga membuktikan hal yang sebelumya dianggap tidak mungkin ternyata bisa menjadi kenyataan. Bahkan keterbatasan dana, kata Ari, justru bisa menjadi senjata ampuh untuk mendulunag suara.
"Apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Keterbatasan dana justru bisa menjadi senjata andalan ketika akal sehat dipermainkan oleh sebuah rezim yang berkuasa," ucapnya. Ari pun membandingkan kemenangan Megawati di tahun 1999 atau Corazon Aquino di Filipina pascakekuasaan Ferdinand Marcos dengan Jokow-Basuki. Bahkan hantaman SARA yang disuarakan tokoh-tokoh nasional sekaliber Amien Rais, Hidayat Nurwahid dan tokoh-tokoh partai yang menjadi pendukung pasangan Fausi-Nachrowi, sebut Ari, tak mampu menggerus suara Jokowi[1].
"Jokowi-Basuki yang hanya didukung PDIP dan Gerindra ternyata bisa menjadi jawara meski dikeroyok parpol-parpol besar lainnya. Ini kemenangan akal sehat," kata Ari kepada JPNN, Jumat (21/9). Penyandang gelar doktor yang juga pengajar pada program Pascasarjana Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu menambahkan, Pemilukada DKI juga membuktikan hal yang sebelumya dianggap tidak mungkin ternyata bisa menjadi kenyataan. Bahkan keterbatasan dana, kata Ari, justru bisa menjadi senjata ampuh untuk mendulunag suara.
"Apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Keterbatasan dana justru bisa menjadi senjata andalan ketika akal sehat dipermainkan oleh sebuah rezim yang berkuasa," ucapnya. Ari pun membandingkan kemenangan Megawati di tahun 1999 atau Corazon Aquino di Filipina pascakekuasaan Ferdinand Marcos dengan Jokow-Basuki. Bahkan hantaman SARA yang disuarakan tokoh-tokoh nasional sekaliber Amien Rais, Hidayat Nurwahid dan tokoh-tokoh partai yang menjadi pendukung pasangan Fausi-Nachrowi, sebut Ari, tak mampu menggerus suara Jokowi[1].
Terlepas
dari itu Jakarta kini telah melewati satu momen besar yaitu pemilukada dan
hasilnya pun memberikan sebuah gambaran baru. Karena hari ini Jakarta memiliki
wajah baru dalam tataran pemerintahan. Ir. Joko Widodo dan Wakilnya Basuki
Cahya Purnama telah menjadi trade mark
baru di Jakarta. Ciri khas yang unik yaitu baju kotak-kotak hampir selama 3
bulan lamanya sering menghiasi layar kaca kita. Sebuah perubahan dituntut saat
ini dan bukan janji yang diminta
melainkan aksi nyata.
Hasil
pilkada ini banyak mendapat tanggapan dari berbagai pihak, mulai dari tanggapan
halus sampai kasar. Berbagai elemen yang berbagai di Jakarta akan terus
memantau terus kinerja dari Pemimpin Baru Jakarta ini. Ambillah contoh BEM
Jakarta Raya yang mulai turun aksi dari bulan agustus. Mereka berjanji akan
terus mengawal Pilakada ini sampai selesai dan sampai pemimpin baru terpilih.
Bahkan mereka akan terus berjalan berdampingan dengan sifat sebagai penasehat
eksternal untuk semua regulasi yang akan dikeluarkan oleh pemerintah daerah
Jakarta. Hal semacam ini seharusnya menjadi tugas bersama dalam mengawal
Jakarta 5 tahun ke depan.
Harapan
itu masih ada, Jakarta adalah kota sejuta harapan. Semua orang di Indonesia
mengharapkan Jakarta bisa menjadi kota kebanggaan nusantara. Bukan hanya karena
sebagai Ibu Kota Negara namun juga kota dengan nilai sejarah yang sangat megah.
Bahkan euforia kemerdekaan pun pertama kali dirasakan di kota metropolitan ini.
Aksi nyata yang dibutuhkan, bukanlah retorika janji manis yang selalu
digembor-gembor kan. Semoga Jakarta hari ini telah dipegang oleh ahlinya dan Sang
Pemimpin Baru tetap setia dengan harmonisasi Jakarta selama 5 tahun kedepan.
No comments:
Post a Comment