Tuesday, September 11, 2012

Lebih dekat dengan SOSPOL


Pernahkan terpikirkan kenapa harus ada Sosial Politik? Atau mengapa di sebuah lembaga misalnya Badan Eksekutif Mahasiswa terdapat Departemen Sosial Politik? Dan mengapa Sosial Politik dijadikan berpasangan? Mengapa tidak dipisah saja, departemen Sosial dan Departemen Politik ?
InsyaAllah dalam tulisan ini akan saya coba tafsirkan jawaban dari beberapa pertanyaan di atas dan mungkin akan ada tafsiran mengenai hal-hal lainnya yang berkaitan dengan Sosial Politik.

Baiklah, sebelum lebih jauh mari memahami apa itu sosial? Dan apa itu politik ?

Istilah “Sosial” berasal dari akar kata bahasa latin Socius, yang berartikan berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat dibanding kepentingan pribadi.

Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani politika – yang berhubungan dengan negara dengan akar katanya (polities – warga negara) dan (polis – negara kota). Menurut teori klasik Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Politik pun memiliki arti umum yaitu seni dan ilmu untuk meraih kekuasan secara konstitusiaonal maupun nonkonstitusional.

Dari penjabaran singkat diatas, bisa dikatakan bahwa sosial akan berhubungan dengan masyarakat dan politik akan berhubungan dengan negara. Sehingga sosial potilik akan menjadi sarana untuk menghubungkan antara masyarakat dan negara. Dalam ruang lingkup yang lebih kecil sosial politik akan menghubungkan antara pemimpin dan staffnya.

Masuk dalam sosial politik dalam ranah yang sempit, yaitu kehidupan mahasiswa. Sosial politik dalam pembelajaran mahasiswa haruslah dalam satu padu dan jangan untuk menyekat-nyekat satu sama lain.


Sosial politik adalah bagian yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan mahasiswa. Jangan pernah mencoba untuk memisahkan keduanya.

Jika sosial dan politik dipisah, maka akan mendapatkan ketimpangan yang signifikan. Apalagi mahasiswa adalah pemuda yang sedang haus akan euforia dunia kampus. Mahasiswa adalah pemuda yang dikatakan oleh Bang Haji Rhoma Irama sebagai pemuda yang semangatnya berapi-api. Sehingga ketika mendapatkan suatu hal yang baru mereka akan sangat fokus pada hal itu sampai menyesampingkan hal-hal yang lainnya. Maka dari itu, butuh penjagaan semangat belajar pemuda ini.

Pada masa mahasiswa, sifat sosial akan menjadikan mereka sebagai pemuda yang memiliki rasa empati yang sangat tinggi. Penghayatan suatu kondisi lingkungan akan sangat mereka rasakan saat itu. Hal ini sesuai dengan sifat manusia yang sebagai mahluk sosial.

Kemudian pada mahasiswa, politik akan menjadikan kehidupan kampusnya menjadi lebih berwarna. Karena politik akan memaksa mereka untuk berfikir kreatif, inovatif, dan solutif untuk berbagai situasi. Politik pun akan membuat mereka semakin dewasa dalam estafet peningkatan hidup mereka di kampus.

Namun layaknya memakan buah simalakama, mempelajari keduanya pun akan sama saja membentuk sikap yang pragmatis jika tidak dalam penyikapan yang bijak.

Jika mahasiswa hanya mempelajari politik dan tanpa didampingi sosial yang seimbang. Hal ini akan menjadikan politisi dikalangan mahasiswa. Dimana politisi akan terus mencari keuntungan untuk pribadinya sendiri yang keuntungan itu berasal dari hajat orang banyak. Lebih dari itu, selain mengayakan diri sendiri, mereka akan menjadi mahasiswa yang berhati beku terhadap kondisi lingkungan sekitar, yang mereka pikirkan hanyalah diri mereka sendiri dan sedikit untuk orang lain.

Kemudian apabila mahasiswa hanya belajar ilmu sosial dan tanpa didampingi ilmu politik yang seimbang. Hal ini akan memunculkan mahasiswa yang berempati tinggi dengan semangat juang yang rendah. Suatu saat mereka akan jenuh dengan segala sifat sosial yang mereka miliki. Tatkala mereka sudah dalam titik jenuhnya, mereka akan menjadi mahasiswa yang tidak produktif untuk diri sendiri maupun orang lain. Hal ini sangat berbahaya bagi lingkungan disekitarnya.

Kebijakan dalam berilmu, mencerminkan kebijakan dalam beramal

Satukanlah keduanya ( sosial dan politik ), karena ketika sosial didampingi oleh politik yang bijak, maka akan muncul mahasiswa yang kreatif dalam berempati. Akan muncul mahasiswa yang penuh inovasi dalam setiap beramal. Akan muncul mahasiswa yang cerdas dalam mengambil keputusan dengan tetap dalam ruang lingkup bijak. Atau dari semua itu bisa kita katakan mahasiswa itu sebagai negarawan.

Kemudian dari situlah akan merelasikan kehidupan mahasiswa ke arah bentuk Mahasiswa Berprestasi.

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat dan semoga tulisan ini bukan berasal dari primordial idealisme yang menjadikan etnosentris dalam berpendapat. Hanya sekedar saling mengingatkan untuk sebuah nilai kebaikan.

Salam Berkreasi !!!

No comments:

Post a Comment