SP satu
Pedongkelan,14 April 2013. Bismillah, semoga tulisan ini
lebih besar presentasi hati dari pada emosi. Semoga tulisan ini tidak dianggap
Allah sebagai keputus-asaan, melainkan bukti besarnya rasa sayang maupun cinta
serta syukur terhadap anugerah-Nya.
Dituliskannya tulisan ini dengan didampingi iringan evaluasi dari
sebuah agenda amal. Tulisan ini layaknya ombak yang mengulung-gulung
dikarenakan iringan evaluasi yang dinamis. Tulisan yang ditulis diantara
saut-sautan evaluasi dari hanya lima orang adik yang terus menjaga kualitas komitmennya terhadap sebuah janji diri kepada Dzat yang
jiwanya berada di genggaman-Nya.
Tulisan ini dibuat di ruang yang tak lebih mewah dari kamar tidur kita yang nyaman dan dipenuhi dengan barang milik pribadi. Iringan evaluasi yang penuh semangat namun sebenarnya mereka rapuh dan butuh perhatian dari kakak-kakaknya. Walaupun mereka tau bahwa apa yang didapat tak sesuai dengan apa yang diharapkan, namun tetap mereka masih menjaga fikiran positifnya terhadap kakak-kakaknya itu. Dalam balutan evaluasi yang dinamis, terlontar kalimat keletihan, kesedihan, kebimbangan bahkan kekecewaan terhadap kondisi saat ini. Namun terkejut diri ini tatkala mereka masih punya jiwa besar untuk menyumbangkan jiwa dan hartanya untuk anak-anak peserta didik di sebuah daerah di perbatasan Jakarta Timur dan Jakarta Pusat (baca : Pedongkelan). Sempat membuncah air mata ini karena tak kuasa melihat kondisi mereka yang semangat dalam keterpurukan. Namun alhamdulillah dan bersyukur air mata ini tak sempat terteteskan walaupun sulit diri ini untuk menutupi mata berbinar ini. Karena diri ini malu jika harus menangis di depan adik-adik yang sesungguhnya mereka lebih letih dan lebih pantas untuk menangis. Hanya sebuah kalimat motivasi semu yang sempat terucapkan dari bibir ini kepada mereka. Karena diri ini malu kepada mereka bahkan lebih malu lagi kepada Allah. Karena dalam kitab-Nya Allah menyebutkan “ Allah membenci orang-orang yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan” (As-Saff : 3). Pribadi ini malu tatkala meminta mereka untuk terus menjaga komitmen kehadiran mereka tapi diri ini tak mampu menjaga kehadiran dari sahabat-sahabat dekat yang sesungguhnya mereka lebih wajib untuk hadir dan ada di sana. Hanya permohonan ampun kepada Allah terkait kondisi hari ini.
Tulisan ini dibuat di ruang yang tak lebih mewah dari kamar tidur kita yang nyaman dan dipenuhi dengan barang milik pribadi. Iringan evaluasi yang penuh semangat namun sebenarnya mereka rapuh dan butuh perhatian dari kakak-kakaknya. Walaupun mereka tau bahwa apa yang didapat tak sesuai dengan apa yang diharapkan, namun tetap mereka masih menjaga fikiran positifnya terhadap kakak-kakaknya itu. Dalam balutan evaluasi yang dinamis, terlontar kalimat keletihan, kesedihan, kebimbangan bahkan kekecewaan terhadap kondisi saat ini. Namun terkejut diri ini tatkala mereka masih punya jiwa besar untuk menyumbangkan jiwa dan hartanya untuk anak-anak peserta didik di sebuah daerah di perbatasan Jakarta Timur dan Jakarta Pusat (baca : Pedongkelan). Sempat membuncah air mata ini karena tak kuasa melihat kondisi mereka yang semangat dalam keterpurukan. Namun alhamdulillah dan bersyukur air mata ini tak sempat terteteskan walaupun sulit diri ini untuk menutupi mata berbinar ini. Karena diri ini malu jika harus menangis di depan adik-adik yang sesungguhnya mereka lebih letih dan lebih pantas untuk menangis. Hanya sebuah kalimat motivasi semu yang sempat terucapkan dari bibir ini kepada mereka. Karena diri ini malu kepada mereka bahkan lebih malu lagi kepada Allah. Karena dalam kitab-Nya Allah menyebutkan “ Allah membenci orang-orang yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan” (As-Saff : 3). Pribadi ini malu tatkala meminta mereka untuk terus menjaga komitmen kehadiran mereka tapi diri ini tak mampu menjaga kehadiran dari sahabat-sahabat dekat yang sesungguhnya mereka lebih wajib untuk hadir dan ada di sana. Hanya permohonan ampun kepada Allah terkait kondisi hari ini.
Sejatinya.
Departemen Sosial Politik bukan seperti iklan rokok yang dimana resiko dan
konsekuensinya ditulis secara samar, kecil dan ditulis dibelakang produknya.
Melainkan departemen ini telah jelas menggambarkan dengan terang benderang
terkait resiko dan konsekuensinya jika ikut dalam gerbong sosial politik ini.
Sedih hati ini
ketika melihat saudara seperjuangan atau seorang adik yang tertatih-tatih untuk
terus berjibaku dalam agenda amal dimana yang lainnya berusaha meyakinkan sahabatnya terkait
ketidak aktifannya dalam sebuah agenda amal.
Tidak ada
maksud untuk menjadi anak yang tak berbakti dengan orang tua ataupun
menganjurkan melawan orang tua. Namun sebenarnya ini hanyalah masalah niat dan
komitmen. Kemudian jangan jadikan orang tua kita sebagai alasan lemah yang
dikemas menjadi alasan kuat untuk ketidakhadiran kita. Karena dalam evaluasi
yang haru tadi, terlontarkan kalimat dari seorang adik yang mengatakan bahwa
seharusnya saya tidak datang ke sini karena ada agenda keluarga yaitu pergi ke
rumah saudara. Tapi karena saya ingat amanah ini, maka saya putuskan untuk
hadir ke sini. Kalimat seorang prajurit yang melakukan amalan seorang panglima.
Bergetar hati ini tatkala kalimat itu terucapkan dari mulutnya. Sekali lagi,
muncul rasa malu dalam diri karena yang seharusnya menjadi teladan malah
menjadi diteladan oleh adik-adik yang baru merasakan indahnya dunia kampus.
Teringat
sebuah kalimat dari seorang sahabat yang dimana dia satu departemen dengan diri
ini. “jika ada temen satu anggota di departemen kita yang mengatakan cape, maka
harusnya dia malu!!! karena sebenarnya adik-adik ini jauh lebih cape dibanding
kita”.
Sekali lagi,
bukan bermaksud untuk menantang orang tua kita, tapi cobalah berikan pemahaman
yang sebenarnya bahwa apa yang kita kerjakan bukanlah untuk kesenangan pribadi
dan sesaat. Melainkan apa yang kita kerjakan ini berdampak kepada seberapa
besar keberkahan Allah yang datang kepada keluarga kita. Pak Hendry Basel
(aktifis UNJ tahun ’98) pernah berkata, “ saya tidak mau, ada aktifis yang dia
sangat tunduk kepada orang tua nya. Sehingga kegiatan amalnya terbengkalai
karena dia tidak bisa meyakinkan orang tua nya terkait betapa bermanfaatnya
kegiatan ini”. Sejatinya masih banyak sahabat kita yang lebih pantas untuk
mendapat belaian orang tua nya. Tapi dia lebih memilih untuk merasakan belaian
itu nanti dan dia lebih memilih untuk memberikan belaian kasih sayang kepada
adik-adik yang InsyaAllah mereka sangat membutuhkan itu. Allah Maha Adil lagi
Maha Mengetahui.
Kawan ...
Janganlah
parsial dalam beramal. Janganlah hanya melakukan yang disukai namun tatkala
tidak sukai kalian pergi menghindar. Sebuah keniscayaan bahwa gerakan ini
menyeluruh dalam segala aspek. Hadirkan rasa sangat bersalah tatkala tidak bisa
bergabung dalam agenda amal departemen. Karena itu akan menjadi bukti bahwa
kita telah sepenuhnya dalam beramal.
Sahabat ku yang seluruh hidupnya
berada dalam naungan-Nya...
Maaf jika diri
ini masih belum bisa menjadi teladan atau menjadi bom penyemangat untuk
mengangkat jiwa kalian dalam keletihan yang menyenangkan. Pribadi ini hanya
bisa terus memanjatkan doa yang semoga ini bisa menjadi penjaga semangat kita.
Ya muqollibalqulu tsabbits qulu bana ‘alaa dinnik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan
hati kokohkan hatiku di atas agamaMu)
Ya muqollibalqulu tsabbits qulu bana ‘alaa dinnik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan
hati kokohkan hatiku di atas agamaMu)
Ya muqollibalqulu tsabbits qulu bana ‘alaa dinnik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan
hati kokohkan hatiku di atas agamaMu)
Ya muqollibalqulu tsabbits qulu bana ‘alaa dinnik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan
hati kokohkan hatiku di atas agamaMu)
Ya muqollibalqulu tsabbits qulu bana ‘alaa dinnik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan
hati kokohkan hatiku di atas agamaMu)
Ya muqollibalqulu tsabbits qulu bana ‘alaa dinnik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan
hati kokohkan hatiku di atas agamaMu)
Ya muqollibalqulu tsabbits qulu bana ‘alaa dinnik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan
hati kokohkan hatiku di atas agamaMu)
Ya muqollibalqulu tsabbits qulu bana ‘alaa dinnik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan
hati kokohkan hatiku di atas agamaMu)
Maaf jika akan
banyak pengingat-pengingat yang kalian jumpai di alat komunikasi nanti. Karena
itu hanya sebagai pengingat tatkala ada sebuah kewajiban kita yang harus
dilaksanakan. Pribadi ini hanya akan mengingatkan kewajiban kalian dan
selebihnya ada di kalian. Kemudian jangan salahkan jika ladang amal kalian
digarap oleh orang lain karena ketidak mauan kalian dalam melaksanakannya.
Sesungguhnya agenda ini akan terus bergerak dengan atau tanpa ada nya kita.
Jikalau memang semua dari kita telah menyerah, maka yakinkan Allah akan
mengirimkan umat yang lebih baik dari umat sebelumnya dan agenda itu pun akan
berjalan kembali.
Diri ini
berharap, semoga kita siap Menjadi orang
yang Pertama dan Terakhir dalam beramal di kegiatan yang diselenggarakan oleh Departemen
Sosial Politik.
Buktikan bahwa
akan terukir sejarah emas dimasa kita, yang akan menjadi bahan pengalaman hebat
untuk adik-adik kita kelak. Jadikan diri ini legenda yang dimasa mendatang akan
diperbincangkan terkait apa yang sudah kita lakukan sewaktu dulu. Tidak
bermaksud ria namun ini akan menjadi
indikator penilaian kita terhadap perhitungan Allah kelak. Karena nanti kita
akan ditanyakan “dihabiskan untuk apa masa muda mu?”. Dan semoga kita bisa
menjawab pertanyaan itu dengan lancar. Aamiin...
Wassalam...
Kepala Departemen Sosial Politik
BEM UNJ 2013-2014
No comments:
Post a Comment